![]() |
BY dan Zainil Tanjung menikmati kopi di warung milik Eko Muhardi. |
BentengSumbar.com --- Kopi adalah sejenis minuman yang berasal dari proses pengolahan dan ekstraksi biji tanaman kopi. Kata kopi sendiri berasal dari bahasa Arab, yaitu qahwah yang berarti kekuatan, karena pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan berenergi tinggi.
Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi Kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi Koffie dalam bahasa Belanda. Kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata Kopi yang dikenal saat ini.
Ternyata penemu kopi ialah orang muslim. Islam merupakan agama termaju di abad 7 sampai 18 M,dan pada saat itu munculah banyak ilmuan muslim yang sangat terkenal baik dalam bidang keagamaan, ekonomi, sains bahkan teknologi.
Sebuah manuskrip tentang budaya Muslim di abad ke-15 menyebutkan, kopi mulai dikenal dalam budaya umat Islam pada sekitar tahun 1400. Kopi itu dibawa masyarakat Yaman dari Ethiopia. Orang Afrika, terutama Ethiopia, telah mengenal kopi sejak tahun 800 SM. Saat itu, mereka mengonsumsi kopi yang dicampur dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh.
Selain itu, kopi juga bisa menjadi ‘wasilah’ spiritual. Seperti dalam tradisi lisan masyarakat Hadramaut kopi konon ditemukan oleh Syekh Ali bin Umar Asy-Syazili, seorang wali yang makamnya dianggap keramat di Mokha, itulah sebabnya terkadang bila meminum kopi orang Arab di Hadramaut senang mengenangnya, karena sang Syekh dianggap orang yang menemukan cita rasa kopi sebagai sebuah minuman.
Ada juga sufi Ali Bin Omar yang menjadikan rebusan kopi sebagai obat penyakit kulit dan obat-obatan lainnya. Sehingga pada waktu itu kopi mendapat tempat terhormat di kalangan masyarakat negeri itu.
Ada semacam tradisi unik dikalangan masyarakat Arab tempo dulu, disana kopi biasanya dinikmati diantara dua waktu makan. Bila seorang hendak berkunjung ke rumah salah seorang sahabat atau bila ada tamu yang datang, maka diadatkan untuk membawa beberapa biji kopi di dalam sorban atau dalam radi, sang tuan rumah akan mengumpulkan biji-biji kopi tersebut untuk dinikmati bersama.
Tak butuh waktu yang lama kopi menjadi semacam minuman kesukaan orang Islam, konon dimana ada agama Islam disebarkan baik diwilayah Turki, negara-negara Balkan, Spanyol, dan Afrika Utara kopi juga ikut tersebar, sehingga sempat timbul semacam pelabelan bahwa kopi itu minumannya orang muslim.
Sejarah mencatat penanaman komersial kopi pertama kali dilakukan di Arab pada abad ke-15. Sejalan dengan waktu, biji kopi serta potongan tanaman tersebar ke daerah Aden, Mesir, Suriah, serta Turki di mana kopi terkenal sebagai “anggur arab” . Kedai kopi terkenal di zaman kesultanan Turki muncul di tahun 1453 M. Kedai kopinya adalah Kiva Han, konon itu kedai kopi pertama di dunia.
Kopi sendiri sudah lama dikenal dalam literatur medis kaum muslim. Kesaksian dari ilmuwan Muslim terkemuka, Al-Razi dan Ibnu Sina, menyatakan kopi telah dikenal di kalangan umat Islam pada awal abad ke-10.
Minuman ini pertama kali dinikmati dan dibudidayakan oleh masyarakat Yaman. Mereka menyebut minuman kopi sebagai al-qahwa. Konon, peminum pertama kopi adalah kaum sufi yang menggunakannya sebagai stimulan agar tetap terjaga selama berzikir pada malam hari.
Al-Razi di abad ke-9, menjadi orang pertama yang menyebut kopi dalam tulisannya dengan memasukkan kata bunn dan sebuah minuman bernama buncham, dalam ensiklopedi tentang zat-zat yang dipercaya menyembuhkan penyakit. Sayangnya, karya ini telah musnah.
Sementara pada abad ke-11, Ibnu Sina mengatakan bunchum dapat "membentengi tubuh, membersihkan kulit, dan mengeringkan kelembaban di bawahnya, serta memberikan bau yang enak untuk tubuh".
Kopi mulai dijadikan minuman oleh bangsa Arab. Sebelumnya, kopi dimakan dengan cara dibungkus lemak binatang untuk menghilang rasa pahit. Ready Tannahill dalam Food in History menyebutkan, bangsa Arab menyambut baik kopi karena dianggap dapat menggantikan minuman keras yang dilarang dalam Islam.
Mark Pendegrast dalam Uncommond Grounds mengatakan, sejak awal mengenal kopi, para sufi di Arab menggunakannya sebagai minuman untuk menyegarkan stamina dan membantu konsentrasi saat berdoa tengah malam. Sejak itu, kopi identik dengan minuman orang Islam. Dimana Islam muncul, ke situ pula kopi ikut. Ketika pengaruh Islam menguat di Turki, Spanyol, negara-negara Balkan, dan Afrika Utara, di sana kopi dapat ditemukan dengan mudah. Beberapa sumber menyebutnya sebagai "minuman Islam."
Kontroversi muncul ketika orang-orang mulai berlama-lama duduk di warung kopi mendiskusikan berbagai hal: dari politik, sosial, agama, hingga menemani bermain judi dan catur. Kondisi itu memunculkan perlawanan sebagian kaum agamawan yang menganggap kopi adalah teman beribadah. Kedai-kedai kopi pun dipaksa tutup. Pemerintah Konstatinopel mengambil jalan tengah: kedai kopi boleh dibuka jika bersedia membayar pajak.
Kontroversi serupa juga pernah muncul di Mekkah. Sebagian mengecam kopi, sebagian tetap mencecapnya diam-diam hingga larangan minum kopi hilang dengan sendirinya.
Di Eropa, hingga abad ke-16, orang-orang Eropa belum akrab dengan aroma kopi. Cladia Rosen dalam bukunya Coffee, menceritakan baru pada 1615 kopi menggebrak Eropa yang dibawa pedagang Venesia. Di Italia, sejumlah pemuka gereja mulai khawatir. Mereka menyebut kopi sebagai "temuan pahit setan" sehingga meminta Paus Clemen VIII melarangnya.
Sebelum memutuskan mengeluarkan fatwa, Clemen pun mencobanya. Dan, inilah hasilnya. "Kenapa minuman setan ini demikian lezat," katanya setelah meneguk kopi. "Sayang jika membiarkan para Muslim memilikinya secara ekslusif, kita harus menipu setan dengan "membaptis" kopi."
Walhasil, kopi pun tak terbendung lagi di seantero bumi. (buya/berbagai sumber)
Kata qahwah kembali mengalami perubahan menjadi Kahveh yang berasal dari bahasa Turki dan kemudian berubah lagi menjadi Koffie dalam bahasa Belanda. Kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kata Kopi yang dikenal saat ini.
Ternyata penemu kopi ialah orang muslim. Islam merupakan agama termaju di abad 7 sampai 18 M,dan pada saat itu munculah banyak ilmuan muslim yang sangat terkenal baik dalam bidang keagamaan, ekonomi, sains bahkan teknologi.
Sebuah manuskrip tentang budaya Muslim di abad ke-15 menyebutkan, kopi mulai dikenal dalam budaya umat Islam pada sekitar tahun 1400. Kopi itu dibawa masyarakat Yaman dari Ethiopia. Orang Afrika, terutama Ethiopia, telah mengenal kopi sejak tahun 800 SM. Saat itu, mereka mengonsumsi kopi yang dicampur dengan lemak hewan dan anggur untuk memenuhi kebutuhan protein dan energi tubuh.
Selain itu, kopi juga bisa menjadi ‘wasilah’ spiritual. Seperti dalam tradisi lisan masyarakat Hadramaut kopi konon ditemukan oleh Syekh Ali bin Umar Asy-Syazili, seorang wali yang makamnya dianggap keramat di Mokha, itulah sebabnya terkadang bila meminum kopi orang Arab di Hadramaut senang mengenangnya, karena sang Syekh dianggap orang yang menemukan cita rasa kopi sebagai sebuah minuman.
Ada juga sufi Ali Bin Omar yang menjadikan rebusan kopi sebagai obat penyakit kulit dan obat-obatan lainnya. Sehingga pada waktu itu kopi mendapat tempat terhormat di kalangan masyarakat negeri itu.
Ada semacam tradisi unik dikalangan masyarakat Arab tempo dulu, disana kopi biasanya dinikmati diantara dua waktu makan. Bila seorang hendak berkunjung ke rumah salah seorang sahabat atau bila ada tamu yang datang, maka diadatkan untuk membawa beberapa biji kopi di dalam sorban atau dalam radi, sang tuan rumah akan mengumpulkan biji-biji kopi tersebut untuk dinikmati bersama.
Tak butuh waktu yang lama kopi menjadi semacam minuman kesukaan orang Islam, konon dimana ada agama Islam disebarkan baik diwilayah Turki, negara-negara Balkan, Spanyol, dan Afrika Utara kopi juga ikut tersebar, sehingga sempat timbul semacam pelabelan bahwa kopi itu minumannya orang muslim.
Sejarah mencatat penanaman komersial kopi pertama kali dilakukan di Arab pada abad ke-15. Sejalan dengan waktu, biji kopi serta potongan tanaman tersebar ke daerah Aden, Mesir, Suriah, serta Turki di mana kopi terkenal sebagai “anggur arab” . Kedai kopi terkenal di zaman kesultanan Turki muncul di tahun 1453 M. Kedai kopinya adalah Kiva Han, konon itu kedai kopi pertama di dunia.
Kopi sendiri sudah lama dikenal dalam literatur medis kaum muslim. Kesaksian dari ilmuwan Muslim terkemuka, Al-Razi dan Ibnu Sina, menyatakan kopi telah dikenal di kalangan umat Islam pada awal abad ke-10.
Minuman ini pertama kali dinikmati dan dibudidayakan oleh masyarakat Yaman. Mereka menyebut minuman kopi sebagai al-qahwa. Konon, peminum pertama kopi adalah kaum sufi yang menggunakannya sebagai stimulan agar tetap terjaga selama berzikir pada malam hari.
Al-Razi di abad ke-9, menjadi orang pertama yang menyebut kopi dalam tulisannya dengan memasukkan kata bunn dan sebuah minuman bernama buncham, dalam ensiklopedi tentang zat-zat yang dipercaya menyembuhkan penyakit. Sayangnya, karya ini telah musnah.
Sementara pada abad ke-11, Ibnu Sina mengatakan bunchum dapat "membentengi tubuh, membersihkan kulit, dan mengeringkan kelembaban di bawahnya, serta memberikan bau yang enak untuk tubuh".
Kopi mulai dijadikan minuman oleh bangsa Arab. Sebelumnya, kopi dimakan dengan cara dibungkus lemak binatang untuk menghilang rasa pahit. Ready Tannahill dalam Food in History menyebutkan, bangsa Arab menyambut baik kopi karena dianggap dapat menggantikan minuman keras yang dilarang dalam Islam.
Mark Pendegrast dalam Uncommond Grounds mengatakan, sejak awal mengenal kopi, para sufi di Arab menggunakannya sebagai minuman untuk menyegarkan stamina dan membantu konsentrasi saat berdoa tengah malam. Sejak itu, kopi identik dengan minuman orang Islam. Dimana Islam muncul, ke situ pula kopi ikut. Ketika pengaruh Islam menguat di Turki, Spanyol, negara-negara Balkan, dan Afrika Utara, di sana kopi dapat ditemukan dengan mudah. Beberapa sumber menyebutnya sebagai "minuman Islam."
Kontroversi muncul ketika orang-orang mulai berlama-lama duduk di warung kopi mendiskusikan berbagai hal: dari politik, sosial, agama, hingga menemani bermain judi dan catur. Kondisi itu memunculkan perlawanan sebagian kaum agamawan yang menganggap kopi adalah teman beribadah. Kedai-kedai kopi pun dipaksa tutup. Pemerintah Konstatinopel mengambil jalan tengah: kedai kopi boleh dibuka jika bersedia membayar pajak.
Kontroversi serupa juga pernah muncul di Mekkah. Sebagian mengecam kopi, sebagian tetap mencecapnya diam-diam hingga larangan minum kopi hilang dengan sendirinya.
Di Eropa, hingga abad ke-16, orang-orang Eropa belum akrab dengan aroma kopi. Cladia Rosen dalam bukunya Coffee, menceritakan baru pada 1615 kopi menggebrak Eropa yang dibawa pedagang Venesia. Di Italia, sejumlah pemuka gereja mulai khawatir. Mereka menyebut kopi sebagai "temuan pahit setan" sehingga meminta Paus Clemen VIII melarangnya.
Sebelum memutuskan mengeluarkan fatwa, Clemen pun mencobanya. Dan, inilah hasilnya. "Kenapa minuman setan ini demikian lezat," katanya setelah meneguk kopi. "Sayang jika membiarkan para Muslim memilikinya secara ekslusif, kita harus menipu setan dengan "membaptis" kopi."
Walhasil, kopi pun tak terbendung lagi di seantero bumi. (buya/berbagai sumber)
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »