Survei Elektabilitas Konvensional VS Digital, Nama-Nama Capres Yang Muncul Bikin Publik Tercengang

BENTENGSUMBAR.COM - Survei elektabilitas masih menjadi patokan bagi media dan publik untuk melihat “kekuatan” seorang politikus yang bisa jadi muncul sebagai calon nama-nama di kontestasi pemilihan umum, terutama Pilpres yang rencananya diselenggarakan pada 2024 nanti.

“Eksistensi lembaga survei selalu menjadi perhatian masyarakat. Bagi banyak masyarakat hasil dari lembaga survei ini adalah informasi menarik dan berwawasan,” kata Wildan Hakim, Dosen Political Public Relations di Prodi Ilmu Komunikasi Universitas Al Azhar Indonesia, dalam wawancara, baru-baru ini.

Sedangkan bagi partai politik, lanjut Wildan, data yang didapatkan melalui penelitian secara komprehensif tersebut bisa menjadi referensi peta kekuatan dari suara tokoh maupun partai politik pengusung secara keseluruhan pada masing-masing dapil.

Oleh karena itu, jauh hari sebelum kontes dimulai, banyak lembaga survei telah melakukan survei elektabilitas yang hasilnya dipublikasikan secara terbuka di media massa. Yang menarik, nama-nama yang muncul hampir serupa di berbagai survei.

Nama-nama seperti Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Puan Maharani, Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, juga Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), kerap bersaing ketat dalam persentase perebutan popularitas.

Sebagai contoh, Survey & Polling Indonesia (Spin) menyebutkan, tingkat keterpilihan atau elektabilitas Prabowo Subianto sebagai capres di Pilpres 2024 mencapai 21,9% yang kemudian disusul nama-nama lainnya.

“Pak Prabowo juga menempati urutan pertama, diikuti Anies Baswedan dengan 16,1% dan Ganjar Pranowo dengan 15,6%,” ucap Direktur Spin Igor Dirgantara, Rabu (8/9/2021)

Meskipun nama yang muncul hampir sama, persentase yang cukup jauh berbeda datang dari hasil survei Lembaga Arus Survei Indonesia (ASI). Lembagai ini menyebut, elektabilitas Prabowo Subianto masih 17,1%. Mengapa hal ini bisa terjadi?

Menurut Wildan, terdapat puluhan lembaga survei di Indonesia yang masing-masing pada akhirnya berkemampuan untuk menyelenggarakan survei sepanjang mereka memiliki dana.

“Jumlah responden yang dicuplik, cakupan wilayah survei, hingga metode survei pada akhirnya memengaruhi hasil survei yang biasanya disampaikan kepada publik,” katanya.

Guna menjamin hasil survei yang bisa dipercaya itulah, lanjut Wildan, lembaga survei yang ada diharuskan menerapkan standar kerja yang bisa dipertanggungjawabkan. 

Seluruh lembaga survei yang dinilai kredibel tergabung dalam wadah bernama Persepi yakni akronim dari Perkumpulan Survei Opini Publik Indonesia. Dia menyebutkan, data terakhir terdapat 38 lembaga survei yang terverifikasi dan tergabung dalam Persepi. 

“Jadi, untuk menilai kredibilitas sebuah lembaga survei, indikator pertamanya bisa dengan melihat apakah lembaga survei tersebut tergabung dalam Persepi atau tidak,” ucap dia.

Elektabilitas digital

Survei elektabilitas memang dilakukan dengan metode survei langsung di lapangan. Namun tak dimungkiri, kini dunia sudah serba digital. Dunia maya juga berperan penting untuk menilai popularitas tokoh-tokoh tersebut.

Data #popularitasdigital yang didapatkan dari engine Drone Emprit memperlihatkan insight yang sangat berbeda. Sebagai informasi, Drone Emprit merupakan sebuah sistem yang mampu memonitor dan menganalisis media sosial dan berbagai online platform berbasis teknologi big data yang menggunakan artificial intelligence (AI).

Berbeda dengan survei elektabilitas sebelumnya, data digital justru memperlihatkan urutan yang berbanding terbalik. Data yang diambil dari periode 10 Agustus sampai 10 September 2021 ini memperlihatkan nama Prabowo Subianto berada di urutan terakhir dalam tingkat popularitas.

Urutan pertama ditempati oleh Ganjar Pranowo (132.960K), yang diikuti oleh Anies Baswedan (103.269K), Puan Maharani (85.406K), AHY (84.577K), Erick Thohir (41.465K), Ridwan Kamil (29.369K), dan Airlangga Hartanto (16.437K). Dua posisi terbawah diisi oleh Sandiaga Uno (14.954K) dan Prabowo (9.945K).

Sementara itu, elektabilitas digital yang didapatkan dengan mempertimbangkan sentimen positif dari pendukung/loyalis dan sentimen netral dari simpatisan, memperlihatkan urutan yang sedikit berbeda.

Jika sebelumnya Puan berada di posisi ketiga, pada data tersebut nama Puan naik di ranking kedua (67.7K). Sementara AHY (59.5K) berada di posisi ketiga disusul Anies (49.9K), sedangkan posisi pertama masih diduduki oleh Ganjar (89.5K) dan terbawah diduduki Airlangga (3.7K).

Dari data tersebut dapat dilihat walau sempat diterpa cercaan netizen terkait baliho, tim digital Puan Maharani bekerja cukup bagus dengan menaikkan beberapa hastag yang terkait kerja konkret di lapangan, seperti #KilasBalikPuan48 (9.663 kali), #DapurUmumPerjuangan (5.150 kali), dan #BersamaSelarakanNegeri (4.885 kali).

Hal tersebut tak terjadi pada Airlangga Hartanto. Efek baliho dimana-mana tidak disertai dengan usaha membangun narasi di ranah digital sehingga elektabilitas digital-nya menjadi yang terendah. 

Sementara itu, Anies Baswedan justru mengalami serangan yang cukup signifikan dari lawan-lawan politiknya, sehingga berpengaruh besar terhadap elektabilitas digital-nya. Serangan terbanyak terkait dengan isu-isu seperti Formula E, jumlah kekayaan, serta kebijakan surat vaksin sebagai syarat masuk mesjid.

Hal menarik lainnya adalah usaha banyak lembaga survei yang memperlihatkan elektabilitas Prabowo Subianto masih yang tertinggi langsung terbantahkan dengan adanya data elektabilitas digital dalam satu bulan terakhir ini.

Laporan: Mela

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »