Shalawat Sebagai Kekuatan Hidup

Shalawat Sebagai Kekuatan Hidup
MEMBACA shalawat di dalam salat adalah wajib. Setidaknya demikian pendapat Abu Bakr al-Razi, salah satu ulama Hanafiyah, dan Ibn Ḥazm. Mereka sepakat bahwa hukum shalawat adalah wajib, sebagaimana wajibnya kalimat tauhid, yang harus diucapkan pada waktu melakukan shalat wajib dan shalat sunnah. Pendapat ini juga didukung oleh al-Qurthubi dan Ibn ʽAthiyyah. 


Sementara itu, Ibn al-Qishar berpendapat, bahwa hukum shalawat adalah wajib tanpa ada batasan apa pun. Namun ada juga ulama yang menyatakan bahwa hukum membaca shalawat adalah sunnah. Salah satu ulama yang mendukung pendapat ini adalah Ibn Jarir at-Thabari. At-Thabari menyebutkan bahwa pendapat ini sudah menjadi kesepakatan para ulama. 


Meski demikian, tanpa mengabaikan pendapat para ulama tersebut, penulis lebih cenderung dengan pendapat yang menyatakan membaca shalawat adalah wajib, baik di dalam shalat wajib maupun sunnah. 


Bagi penulis, shalawat adalah kekuatan dalam menempuh kehidupan. Ketika galau melanda, resah didada, penulis biasanya membaca shalawat sebanyak-banyaknya semampu penulis. 


Tak hanya di dalam shalat atau sesudah shalat, tetapi kapan pun ada kesempatan, membaca shalawat merupakan keharusan dalam setiap tarikan nafas kita. 


Kenapa? Sebagai makhluk Allah kita mesti melaksanakan perintahnya, salah satunya bershalawat kepada Rasulullah saw dan keluarganya. 


"Sungguh Allah dan malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian untuk nabi. Ucapkanlah salam penghormatan kepadanya." (Surat Al-Ahzab ayat 56).


Banyak keutamaan membaca shalawat yang dikabarkan para ulama. Hadis-hadis soal keutamaan shalawat pun berserakan.


Siapa saja yang bershalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali,” (HR Muslim).


"Siapa saja yang membaca shalawat kepadaku sekali, niscaya Allah bershalawat kepadanya sepuluh kali, menghapus sepuluh dosanya, dan mengangkat derajatnya sepuluh tingkatan," (HR An Nasa’i)


Dikutip dari nu.or.id, Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi dalam akhir karyanya Kitab Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya mengutip sepuluh keutamaan yang didapat oleh mereka yang membaca shalawat. Sepuluh keutamaan ini disarikan dari Al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah SAW: 


1. Shalatul malikil ghaffar (rahmat dari Allah yang maha kuasa dan maha pengampun)

2. Syafa’atun nabiyyil mukhtar (syafaat Nabi Muhammad, nabi pilihan) 

3. Al-iqtida bil mala’ikatil abrar (mengikuti tradisi malaikat abrar) 

4. Mukhalafatul munafiqin wal kuffar (membedakan diri dari orang munafik dan orang kafir) 

5. Mahwul khathaya wal awzar (penghapusan kesalahan dan dosa) 

6. Qadha’ul hawa’ij wal awthar (pemenuhan hajat dan harapan) 

7. Tanwiruz zawahir wal asrar (penerangan lahir dan batin) 8. An-najatu minan nar (keselamatan dari neraka) 

9. Dukhulu daril qarar (masuk ke dalam surga) 

10. Salamul azizil jabbar (salam dari Allah yang maha mulia dan kuasa)


Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi menganjurkan agar kita tidak menyia-nyiakan waktu tanpa membaca shalawat nabi mengingat banyaknya keutamaan yang terkandung dalam amaliyah shalawat nabi. 


"Wahai para sahabatku, perbanyaklah membaca shalawat untuk nabi mulia ini. niscaya shalawat itu menghapus dosa besar, menunjuki ke jalan lurus, melindungi orang yang mebacanya dari siksa neraka jahim," (Sayyid Bakri bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyathi, Kitab Kifayatul Atqiya wa Minhajul Ashfiya, [Indonesia, Haramain: tanpa catatan tahun], halaman 119).


Bagi penulis sendiri, shalawat merupakan kekuatan dalam menempuh hidup ini. Apa pun masalah yang penulis hadapi, baru akan tenang perasaan ini dan akan datang solusinya, jika penulis sudah membaca shalawat, termasuk soa rezeki.


*Penulis: Zamri Yahya, SHI, alumnus Jinayah Siyasah UIN Imam Bonjol Padang.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »