Ketum DPP BAPERA Singung Soal Tenaga Listrik, KTT G20 Sampai Pendekar Politik

BENTENGSUMBAR.COM – Berbicara energi listrik yang hingga hari ini masih jadi kebutuhan pokok rakyat Indonesia, siap siap sebentar lagi listrik yang dikelola PLN dalam beberapa tahun ke depan akan berubah. Listrik yang di hasilkan PLN hari ini proses energinya paling banyak masih menggunakan batu bara bagaimana 10 -20 tahun ke depan? Apakah masih sama?

Apa yang terjadi jika dunia hari ini melakukan pembaharuan secara singkat seperti listrik yang biasa di supply PLN ke masyarakat tiba tiba banyak yang membeli power bank untuk rumah tangga yang berefek lebih murah dari pada bayar di PLN. Apa yang terjadi kemudian pastinya PLN akan gulung tikar.

"Saya coba melompat sejenak.  Energi di Sumatera bisa mengendalikan Selat Malaka dan juga mengendalikan 3 negara yaitu Thailand, Malaysia, dan Singapura. melalui kekuatan Loby antar negara. Hari ini saya tegaskan tim loby Indonesia untuk urusan politik luar negeri masih kurang dan jauh dari kata memuaskan," katanya.

Jika hal ini bisa diwujudkan Pulau Sumatera bisa menyuplai listrik dengan tenaga Nuklir yang harganya murah. 

Malaysia dan Singapura untuk energi listriknya masih impor begitu juga dengan sebagian Thailand yang masih Impor Batu Bara dari Indonesia.

Kalau Thorium dimaksimalkan di Pulau Bangka Belitung dan dikelola menjadi pembangkit Listrik Tenaga Nuklir bertenaga  maka listrik yang dibangun diberikan untuk Sumatera. 

Untuk tiga negara Singapura, Malaysia dan Thailand dijual murah 0,5 sen pe/ kwh. Maka pelabuhan kuala Tanjung wilayah Sumatera Utara dijadikannya alat tawar. 

"Apa Alat tawar itu? Muatan di port kelang Malaysia dan Singapura harus memberikan Sea Port jatah ke pelabuhan Kuala Tanjung. Jadi, untuk membuat Sumatera menjadi kekuatan Maritim Laut. Selat Malaka dikendalikan dan kekuatan alat tawar energi listrik dikawasan," ungkapnya. 

Mantan Ketum PP AMPG ini juga menyinggung soal dinamaika politik dalam negeri yang  ramai diperbincangkan, Fahd menuturkan, untuk menjadi pendekar politik, seseorang harus jadi pendengar yang baik.

"Saya tidak takut dengan orang yang punya ribuan jurus. saya paling takut dengan orang yang punya satu jurus tapi di ulangi 1000 kali," ungkapnya.

Mendengar yang baik, jelasnya, mencatat yang baik dan bertindak cepat itu kuncinya.

"Jadi sekali lagi saya ulangi. Orang yang paling berbahaya adalah seorang pendengar yang baik, berfikir yang dalam dan pengamat yang tajam serta eksekutor pro rakyat yang cepat," katanya.

KTT G20 dan Langkah Selanjutnya  

Fahd kembali membahas KTT G20 yang kemarin dilangsungkan di Bali.  Ir. Joko Widodo dan Bapak Ailangga Hartarto sukses sebagai tuan rumah. 

Keamanan yang super ketat pada pelaksanaan agenda tersebut menyilaukan mata dunia. Karena memiliki tingkat keamanan dan pertahanan berlapis, dan seluruh kegiatan berjalan sesuai rencana. 

Bahkan penilaian Indonesia sebagai tuman rumah jauh diatas ekspektasi kita. 

Disisi lain Tajuk Utama Global hanya menyoroti dua tokoh dunia yang sedang perang dagang yaitu Joe  Biden (AS) dan Xi Jin Ping ( Tiongkok)  dan satu lagi rapat darurat G7 terkait roket nyasar yang masuk ke wilayah Polandia dan menjadi drama baru di KTT G20 kemarin

Fahd mengusulkan pada pemerintah setelah KTT G20 Pemerintah Indonesia harus menjadi pelopor dan leader untuk Suara negara negara berkembang. 

Indonesia harus dapat menjawab tantangan hari ini dengan menggemakan keprihatinan pada negara negara miskin tentang tatanan global kontemporer. 

Indonesia juga  harus membantu menjembatani kesenjangan di berbagai pihak. Perlu diketahui Bersama setelah Indonesia maka India akan menjadi tuan rumah  KTT G20  pada  september 2023. 

Setelah KTT G20 Indonesia terus lakukan komunikasi yang intensif dan cekatan guna menyeimbangkan hubungan Indonesia dengan Rusia dan barat. 

Ketika telah memenangkan dukungan luar negeri kita juga harus mengukuhkan Indonesia sebagai Pialang kekuatan Internasional, tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar

Laporan: ASW

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »