Pejuang Rupiah, Pejuang Informasi

Pejuang Rupiah, Pejuang Informasi
Mereka bukan pengemis. Mereka asongan yang berjuang — menukar kabar dengan rupiah, menyalurkan informasi dengan langkah yang sabar. 
MEREKA
berdiri di simpang jalan sejak fajar belum sempurna lahir — membawa buntalan koran, menentang dingin, menantang sepi.

Di tangan mereka, berita pagi berlipat dengan harapan, dan setiap lembar yang terjual adalah nafkah yang halal, hasil keringat yang tak pernah menuntut belas kasihan.

Mereka bukan pengemis. Mereka asongan yang berjuang — menukar kabar dengan rupiah, menyalurkan informasi dengan langkah yang sabar. 

Mereka tahu jalanan bukan panggung megah, tapi di sanalah mereka menghidupi profesi yang nyaris punah.

Namun, entah kenapa di beberapa sudut Sumatera Barat, mereka dipandang lain.

Diusir dari simpang, dilarang berdiri di trotoar, seolah tangan yang menjajakan berita itu mengganggu ketertiban kota.

Padahal mereka tak mengacau lalu lintas, tak menodai aturan — hanya berdiri di bawah matahari, menjual kabar yang kini kalah cepat dari layar ponsel.

Di Kudus, di Jawa, di banyak tempat lain, penjaja koran masih dihormati sebagai penjaga denyut informasi rakyat kecil.

Tapi di sini, di ranah yang katanya menjunjung adat dan budi, mereka perlahan dihapus dari pandangan, satu per satu.

Ironis. Negeri yang dulu hidup dari kata, kini menyingkirkan para penjaga kata itu sendiri.

Padahal di balik wajah letih mereka tersimpan kejujuran: mereka hanya ingin hidup dari kabar —dan tetap menjadi bagian dari pagi yang berisi makna.(*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »