HEADLINE
Gubernur Mahyeldi Terima Bantuan Mesin Penjernih Air dari UNDIP untuk Warga Terdampak Bencana    
Minggu, Desember 21, 2025

On Minggu, Desember 21, 2025

Gubernur Mahyeldi Terima Bantuan Mesin Penjernih Air dari UNDIP untuk Warga Terdampak Bencana
Ansharullah menerima bantuan satu unit mesin penjernih air bersih dari Universitas Diponegoro (UNDIP)

BENTENGSUMBAR.COM
- Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah menerima bantuan satu unit mesin penjernih air bersih dari Universitas Diponegoro (UNDIP) sebagai bentuk respons terhadap krisis air bersih pascabencana hidrometeorologi yang melanda sejumlah wilayah di Sumbar. Bantuan tersebut diserahkan oleh Redy Firkarlo, alumni UNDIP asal Padang, dan diterima langsung oleh Gubernur Mahyeldi di Istana Gubernuran, Minggu (21/12/2025).

“Bantuan ini sangat berarti bagi daerah yang terdampak bencana, khususnya wilayah yang mengalami keterbatasan akses air bersih,” ujar Mahyeldi.

Menurutnya, keberadaan mesin penjernih air ini akan sangat membantu pemerintah daerah dalam mempercepat penanganan dampak bencana, terutama dalam pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat terdampak.

“Inovasi teknologi ini mampu mengolah air keruh menjadi air bersih untuk kebutuhan sanitasi ribuan pengungsi. Ini sangat membantu dalam situasi darurat,” tambahnya.

Gubernur Mahyeldi juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Universitas Diponegoro beserta seluruh pihak yang telah menunjukkan kepedulian kepada masyarakat di Sumbar.

“Atas nama Pemerintah Provinsi Sumatera Barat dan masyarakat, kami mengucapkan terima kasih atas perhatian dan bantuan ini. Semoga menjadi amal kebaikan dan membawa keberkahan bagi semua pihak,” ucapnya.

Sementara itu, Redy Firkarlo menjelaskan bahwa mesin penjernih air (water purifier) tersebut merupakan teknologi berkapasitas tinggi yang dirancang untuk digunakan di daerah terdampak bencana dan wilayah terpencil.

“Mesin ini mampu mengolah air keruh menjadi air bersih untuk kebutuhan sanitasi, bahkan dapat diproses lebih lanjut menjadi air layak minum, dengan kapasitas produksi sekitar 2.000 hingga 5.000 liter per jam atau mencapai 120.000 liter per hari,” jelas Redy.

Ia menambahkan, mesin penjernih air senilai Rp100 juta tersebut diproyeksikan mampu melayani kebutuhan air bersih hingga 5.000 orang per hari, khususnya bagi para pengungsi dan korban banjir bandang di wilayah yang mengalami kesulitan akses air bersih.

Selain Sumatera Barat, Redy juga menyampaikan bahwa dua unit mesin penjernih air serupa direncanakan akan disalurkan ke wilayah terdampak bencana di Aceh dan Sumatera Utara. (Adpsb/nov/bud)

Pemko Padang Terus Lakukan Pembersihan Sisa Longsor Pascabencana    
Minggu, Desember 21, 2025

On Minggu, Desember 21, 2025

Pemko Padang Terus Lakukan Pembersihan Sisa Longsor Pascabencana
Pemerintah Kota (Pemko) Padang terus melakukan penanganan pascabencana dengan melaksanakan pembersihan sisa material longsor di sejumlah wilayah terdampak. 

BENTENGSUMBAR.COM
- Pemerintah Kota (Pemko) Padang terus melakukan penanganan pascabencana dengan melaksanakan pembersihan sisa material longsor di sejumlah wilayah terdampak. 

Upaya ini menjadi bagian dari langkah pemulihan lingkungan dan infrastruktur agar aktivitas masyarakat dapat kembali berjalan normal serta risiko bencana lanjutan dapat diminimalkan.

Salah satu kegiatan pembersihan dilaksanakan di kawasan Kubu Utama Tabing Banda Gadang. 
Pada Sabtu (20/12/2025), Pemko Padang menurunkan alat berat untuk mengangkat material longsor berupa tanah, batu, dan kayu yang menumpuk di area tersebut akibat bencana sebelumnya.

Pembersihan dilakukan untuk membuka kembali akses lingkungan serta memastikan kondisi kawasan lebih aman.

Di lokasi tersebut, petugas bekerja secara bertahap dengan memanfaatkan alat berat guna mempercepat proses pembersihan. Selain mengangkat material longsor, dilakukan pula penataan area terdampak agar aliran air tidak terhambat dan potensi longsor susulan dapat ditekan.

Selain Kubu Utama Tabing Banda Gadang, pembersihan sisa longsor juga dikerjakan di berbagai titik lain yang terdampak bencana.

Penanganan dilakukan secara berkelanjutan dengan menyesuaikan tingkat kerusakan dan kondisi lapangan, sehingga seluruh wilayah terdampak dapat segera tertangani.

Kegiatan pembersihan ini merupakan wujud komitmen Pemerintah Kota Padang dalam mempercepat pemulihan pascabencana. 

Pemerintah daerah berharap, dengan dilakukannya pembersihan secara menyeluruh, lingkungan kembali aman dan masyarakat dapat beraktivitas dengan lebih nyaman. (Hrz/Taufik)

Skinsolution Foundation Salurkan Bantuan Bencana di Kota Padang    
Minggu, Desember 21, 2025

On Minggu, Desember 21, 2025

Skinsolution Foundation Salurkan Bantuan Bencana di Kota Padang
Yayasan Skinsolution Foundation Bandung menyalurkan bantuan bagi korban bencana yang melanda sejumlah wilayah di Kota Padang. Bantuan diserahkan Posko Utama Palanta Rumah Dinas Wali Kota Padang, Sabtu (20/12/2025).

BENTENGSUMBAR.COM
- Yayasan Skinsolution Foundation Bandung menyalurkan bantuan bagi korban bencana yang melanda sejumlah wilayah di Kota Padang. Bantuan diserahkan Posko Utama Palanta Rumah Dinas Wali Kota Padang, Sabtu (20/12/2025).

Bantuan tersebut diserahkan Owner Skinsolution Foundation, Michael Simon dan Rizky Ananda dan diterima Devi Susanti Razif selaku Kabid Statistik dan Persandian Diskominfo Kota Padang. 

"Kami berharap bantuan yang disalurkan ini dapat membantu memenuhi kebutuhan masyarakat terdampak banjir dan longsor serta memberikan sedikit keringanan di tengah situasi sulit yang mereka hadapi," ujar Michael Simon.

Untuk selanjutnya bantuan tersebut didistribusikan kepada masyarakat terdampak. Kegiatan ini merupakan bentuk kepedulian Skinsolution Foundation dalam upaya membantu meringankan beban warga yang terdampak bencana alam.

Owner Skinsolution Foundation menyampaikan bahwa bantuan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat terdampak serta mendukung proses penanganan darurat pascabencana.

Adapun bantuan yang disalurkan meliputi kebutuhan dasar bagi korban bencana, seperti bahan pangan, selimut, handuk dan kebutuhan lainnya.

"Kami mengucapkan terima kasih kepada Skinsolution Foundation atas bantuan dan perhatian yang diberikan kepada warga Kota Padang. Bantuan ini sangat berarti dalam mendukung penanganan darurat pascabencana," ujar Devi Susanti.

Tim penanggulangan bencana posko utama Kota Padang menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas kepedulian Skinsolution Foundation terhadap masyarakat Padang.

Bantuan tersebut sangat membantu dalam percepatan penanganan dampak bencana serta memenuhi kebutuhan dasar para korban. (Nindy/Taufik)

Hypermart Basko City Mall Salurkan Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Bencana Padang    
Minggu, Desember 21, 2025

On Minggu, Desember 21, 2025

Hypermart Basko City Mall Salurkan Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Bencana Padang
Uluran tangan untuk korban terdampak bencana di Kota Padang terus berdatangan, termasuk dari salah satu perusahaan ritel modern Hypermart Basko City Mall (BCM) dari PT. Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) di bawah Lippo Group.

BENTENGSUMBAR.COM - Hypermart Basko City Mall memberikan bantuan kemanusiaan terhadap korban bencana di Padang Padang.

Uluran tangan untuk korban terdampak bencana di Kota Padang terus berdatangan, termasuk dari salah satu perusahaan ritel modern Hypermart Basko City Mall (BCM) dari PT. Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) di bawah Lippo Group.

Pada Jumat (19/12/2025), Pihak Hypermart BCM yang diwakili oleh Nuriyadi bersama jajaran mendonasikan bantuan kemanusiaan di Posko Utama Palanta Rumah Dinas Wali Kota Padang. 

Bantuan yang didonasikan ialah berupa sembako, aneka makanan ringan, serta aneka minum-minuman.

"Untuk hari ini kita ada sumbangsih dan sedikit rezeki dari keluarga besar MPPA dari Lippo Grup berupa sembako, aneka snack, dan aneka minuman guna memenuhi asupan nutrisi, karena kondisi Kota Padang saat ini memang sedang berduka," ucap Nuriyadi.

Bantuan tersebut diterima langsung oleh Kepala Subbagian Umum BPBD Kota Padang, Nuresi, di Posko Utama Palanta Rumah Dinas Wali Kota Padang yang selanjutnya, bantuan tersebut akan didistribusikan kepada masyarakat di wilayah terdampak sesuai dengan kebutuhan di lapangan nantinya.

Pihak Hypermart BCM berharap bantuan ini dapat meringankan beban korban terdampak, memenuhi asupan nutrisi agar semuanya segera pulih dan bangkit dan dapat menjalankan aktivitas seperti sedia kala.

"Harapan kita semoga Kota Padang bisa pulih, bisa bangkit, dan juga memberikan kesejahteraan bagi kita semua," tutup Nuriyadi (ArC/Syarhan/Taufik)

Bantuan yang Selalu Datang Setelah Air Surut    
Minggu, Desember 21, 2025

On Minggu, Desember 21, 2025

Bantuan yang Selalu Datang Setelah Air Surut
Kawasan Batu Busuk Kecamatan Pauh Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat atau Sumbar termasuk daerah terparah terkena banjir bandang di Ranah Bingkuang. Terlihat warga berjalan sambil meneteng kantong asoi plastik atau kresek. 

OLEH
: Muhibbullah Azfa Manik

Bencana alam di Sumatra hampir selalu bergerak dengan pola yang sama. Hujan turun berhari-hari, sungai meluap, lereng bukit runtuh, dan ribuan warga terpaksa mengungsi. Namun ada satu babak lain yang tak kalah menentukan—dan nyaris selalu terlambat—yakni logistik kemanusiaan. Bantuan memang datang, tetapi sering kali setelah air surut, setelah lumpur mengering, dan setelah warga belajar bertahan dengan apa yang tersisa.

Di Aceh Tenggara, awal tahun lalu, banjir bandang memutus akses jalan ke sejumlah desa di sepanjang Daerah Aliran Sungai Lawe Alas. Selama dua hari pertama, warga mengandalkan persediaan dapur seadanya dan bantuan antar-tetangga. Beras dan mi instan baru tiba ketika genangan mulai menyusut. “Yang paling dibutuhkan itu air bersih dan obat-obatan, tapi datang belakangan,” kata seorang relawan lokal yang sejak hari pertama membantu evakuasi.

Pola serupa berulang di Sumatra Utara. Saat longsor menutup jalan lintas di kawasan Humbang Hasundutan, distribusi logistik terhambat berjam-jam, bahkan berhari-hari. Bantuan menumpuk di pos kecamatan, sementara desa-desa di balik perbukitan terisolasi. Warga di pengungsian bertahan dengan ubi rebus dan sayur dari ladang sekitar. Negara, sekali lagi, datang menyusul.

Sistem yang Baru Bergerak Setelah Kejadian

Dalam hampir semua bencana di Sumatra, fase paling krusial justru terjadi pada 72 jam pertama. Pada periode inilah pangan, air bersih, obat-obatan, dan tenda darurat seharusnya tiba. Kenyataannya, sistem logistik baru bergerak setelah status tanggap darurat ditetapkan dan surat-surat administrasi beredar.

Di Sumatra Barat, banjir bandang yang menerjang kawasan Pesisir Selatan beberapa waktu lalu memperlihatkan betapa lambannya sistem ini. Relawan lokal sudah membuka dapur umum sejak malam pertama, memanfaatkan stok pribadi dan sumbangan warga. Bantuan resmi datang belakangan—lengkap, tetapi terlambat untuk fase paling kritis.

Prosedur administrasi, koordinasi lintas lembaga, dan pelaporan berjenjang memakan waktu. Sementara itu, kebutuhan di lapangan tak mengenal jam kerja. Logistik kemanusiaan seharusnya mengalir seperti darah dalam tubuh. Yang terjadi justru sebaliknya: tersumbat di simpul-simpul birokrasi.

Medan Sulit Bukan Alasan Tunggal

Bentang geografis Sumatra kerap dijadikan dalih. Pegunungan Bukit Barisan, sungai-sungai besar, dan jarak antardaerah memang menantang. Namun laporan lapangan menunjukkan, hambatan utama bukan semata alam, melainkan lemahnya perencanaan.

Di Aceh Barat Daya, misalnya, jalur utama terputus akibat longsor. Tak ada rencana distribusi alternatif yang siap dijalankan. Perahu karet dan kendaraan off-road baru dikerahkan setelah permintaan berulang. Akibatnya, bantuan menumpuk di satu titik, sementara wilayah lain nyaris tanpa suplai.

Distribusi pun berjalan timpang. Di satu posko, beras dan mi instan berlebih. Di posko lain, air bersih dan selimut justru langka. Logistik hadir, tetapi kehilangan presisi.

Data yang Tak Pernah Sinkron

Masalah klasik lain adalah data kebutuhan yang tak pernah benar-benar mutakhir. Informasi dari lapangan bergerak cepat, tetapi sistem pelaporan lamban. Akibatnya, bantuan yang dikirim sering tak sesuai kebutuhan paling mendesak.

Di Padang Pariaman, Sumatra Barat, pascabanjir, bantuan pakaian menumpuk hingga tak tertampung. Sementara itu, layanan kesehatan dasar dan makanan siap saji untuk bayi serta lansia justru kurang. Logistik hadir dalam jumlah besar, tetapi meleset sasaran.
Data yang tak sinkron membuat bantuan kehilangan makna kemanusiaannya. Yang dibutuhkan bukan sekadar banyak, melainkan tepat.

Koordinasi yang Terfragmentasi

Setiap bencana memobilisasi banyak aktor: pemerintah pusat dan daerah, relawan lokal, organisasi kemanusiaan, hingga donatur individu. Sayangnya, energi besar ini sering bergerak tanpa orkestrasi.

Di Sumatra Utara, relawan mahasiswa dan komunitas gereja menjadi pihak pertama yang menjangkau desa-desa terdampak. Mereka mengenal medan dan kebutuhan warga. Namun peran mereka kerap berada di luar sistem resmi. Bantuan negara datang dengan data sendiri, relawan bergerak dengan data sendiri. Tumpang tindih tak terhindarkan.
Akibatnya, satu lokasi kelebihan bantuan, sementara lokasi lain luput dari perhatian.

Gudang yang Ada, Kesiapan yang Minim

Gudang logistik memang tersedia di berbagai daerah. Namun banyak yang berfungsi pasif—sekadar ruang penyimpanan, bukan pusat kendali distribusi darurat. Stok tak selalu diperbarui, masa kedaluwarsa luput dari pengawasan, dan mekanisme pelepasan bantuan kerap menunggu instruksi formal.
Di Aceh, sejumlah gudang berada jauh dari titik rawan bencana. Saat bencana terjadi, waktu habis di perjalanan. Gudang ada, tetapi kesiapan minim.

Solidaritas Warga Menutup Kekosongan Negara

Di tengah rapuhnya sistem, masyarakat hampir selalu menjadi penopang utama. Warga membuka dapur darurat, berbagi makanan, dan menampung pengungsi. Solidaritas sosial bekerja cepat—jauh sebelum bantuan resmi tiba.

Namun solidaritas tak bisa menggantikan sistem. Ketika bencana berlangsung lama, kemampuan warga menipis. Pada titik inilah negara seharusnya hadir dengan logistik yang sigap dan terencana. Sayangnya, bantuan sering tiba ketika fase darurat mulai berlalu—saat warga justru membutuhkan dukungan pemulihan.

Pelajaran yang Terus Berulang

Setiap bencana melahirkan rekomendasi: perbaikan data, penguatan koordinasi, dan kesiapsiagaan logistik. Namun pelajaran itu jarang menjelma menjadi perubahan sistemik. 

Di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, cerita yang sama terus berulang.
Tanpa reformasi menyeluruh—gudang berbasis risiko, sistem data terpadu, dan integrasi relawan lokal ke dalam rantai resmi—bantuan akan terus kalah cepat dari bencana. 

Air keburu surut, longsor sudah dibersihkan, tetapi kisah tentang bantuan yang terlambat kembali menghantui.
Di Sumatra, bencana mungkin tak bisa dicegah. 

Namun keterlambatan bantuan seharusnya bisa dihindari. Selama logistik kemanusiaan masih berjalan tertatih, korban akan selalu menjadi penanggung risiko terbesar.
(*)

Rakerprov KONI Sumbar Tetapkan Arah Pembinaan Atlet dan Persiapan Porprov 2026    
Minggu, Desember 21, 2025

On Minggu, Desember 21, 2025

Rakerprov KONI Sumbar Tetapkan Arah Pembinaan Atlet dan Persiapan Porprov 2026
Ketua Komisi I Rakerprov KONI Sumatera Barat, Defri Nasli, menegaskan bahwa rekomendasi tersebut bertujuan memperkuat tata kelola organisasi olahraga di Sumatera Barat.

BENTENGSUMBAR.COM
- Rapat Kerja Provinsi (Rakerprov) KONI Sumatera Barat Tahun 2025, di Padang, Sabtu (20/12) menghasilkan sejumlah rekomendasi strategis terkait penataan organisasi, keanggotaan, transparansi keuangan, serta arah pembinaan prestasi olahraga dan penyelenggaraan Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) 2026.

Melalui laporan Komisi I, Rakerprov merekomendasikan penyesuaian struktur organisasi KONI Sumatera Barat agar lebih selaras dengan kebutuhan pembinaan prestasi olahraga. 

Pengurus yang dinilai tidak aktif diminta untuk dievaluasi dan diganti guna meningkatkan efektivitas kinerja organisasi. Seluruh kebijakan organisasi ditegaskan harus berpedoman pada AD/ART KONI serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan penyelesaian persoalan organisasi mengedepankan musyawarah dan kepastian hukum 

Ketua Komisi I Rakerprov KONI Sumatera Barat, Defri Nasli, menegaskan bahwa rekomendasi tersebut bertujuan memperkuat tata kelola organisasi olahraga di Sumatera Barat.

“Penataan struktur, evaluasi kepengurusan, serta transparansi keuangan merupakan langkah penting agar KONI semakin profesional dan dipercaya cabang olahraga dalam pembinaan prestasi,” kata Defri Nasli.

Komisi I juga merekomendasikan pengesahan 10 cabang olahraga baru sebagai anggota KONI Sumatera Barat, yakni Teqball, Pickleball, IBCA MMA, IODI, FYI, KSMI, Savate, ALTI, Panahan Berkuda, dan AFI, setelah memenuhi persyaratan administrasi, organisasi, dan teknis. 

Di bidang keuangan, KONI Sumbar diminta menyampaikan laporan keuangan secara berkala per triwulan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan kepada cabang olahraga

Sementara itu, Komisi II menetapkan klasifikasi pembinaan atlet Sumatera Barat melalui sistem promosi dan degradasi. Atlet andalan ditetapkan bagi atlet yang mewakili Indonesia di event internasional resmi, tergabung dalam pelatnas, serta peraih medali emas PON XXI 2024 dan kejuaraan nasional. 

Atlet prioritas mencakup peraih medali perak PON, Kejurnas, dan emas POMNAS, sedangkan atlet potensial adalah peraih medali perunggu PON dan Kejurnas. Selain itu, ditetapkan pula kategori atlet binaan khusus bagi atlet muda berprestasi yang diproyeksikan meraih medali pada PON berikutnya 

Ketua Komisi II, Fazril Ale, menyampaikan bahwa pengelompokan atlet tersebut dimaksudkan agar pembinaan berjalan lebih terarah dan berkelanjutan.

“Dengan klasifikasi atlet yang jelas, KONI dan cabang olahraga memiliki acuan yang sama dalam pembinaan, sehingga target prestasi daerah bisa dicapai secara sistematis,” ujar Ale.

Komisi II juga menetapkan bahwa Porprov XVI Sumatera Barat akan digelar pada Juni–Juli 2026. Cabang olahraga dapat dipertandingkan apabila memiliki minimal 10 pengurus cabang kabupaten/kota sebagai anggota KONI. Jumlah nomor dan kelas yang dipertandingkan mengacu pada PON XXI Aceh–Sumut 2024 dan/atau PON XXII NTB–NTT 2028, dengan ketentuan minimal lima peserta. 

"Jika jumlah peserta tidak memenuhi ketentuan, maka perebutan medali disesuaikan, dan nomor dengan hanya dua peserta dinyatakan tidak dipertandingkan;" tegas Ale.

Seluruh hasil dan rekomendasi Komisi I dan Komisi II tersebut diserahkan kepada pimpinan sidang, Anandya Dipo Pratama untuk disahkan sebagai keputusan Rakerprov KONI Sumatera Barat Tahun 2025 dan menjadi acuan pembinaan serta tata kelola olahraga prestasi di Sumatera Barat. (*) 

Gubernur Mahyeldi: Wakaf Punya Potensi Besar Menjawab Persoalan Umat    
Minggu, Desember 21, 2025

On Minggu, Desember 21, 2025

Gubernur Mahyeldi: Wakaf Punya Potensi Besar Menjawab Persoalan Umat
Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah membuka secara resmi kegiatan Sertifikasi Nazhir Wakaf Batch IX yang digelar di Padang, Minggu (21/12/2025). 

BENTENGSUMBAR.COM
- Gubernur Sumatera Barat (Sumbar), Mahyeldi Ansharullah membuka secara resmi kegiatan Sertifikasi Nazhir Wakaf Batch IX yang digelar di Padang, Minggu (21/12/2025). Dalam kesempatan tersebut, Gubernur menekankan pentingnya pengelolaan wakaf secara profesional agar potensi besar wakaf benar-benar memberi manfaat luas bagi umat dan pembangunan.

“Terima kasih kepada seluruh peserta nazhir wakaf yang telah menunjukkan komitmen untuk mengelola amanah umat. Saat ini, potensi wakaf kita luar biasa besar, namun belum seluruhnya terkelola secara maksimal,” ujar Mahyeldi.

Mahyeldi menyebutkan, wakaf sejatinya mampu menjadi solusi berbagai persoalan umat, termasuk dalam mendukung pembiayaan pembangunan. Ia mencontohkan bagaimana wakaf telah menjadi budaya di sejumlah negara maju dalam peradaban Islam.

“Kenapa Al-Azhar bisa besar dan kuat? Karena wakaf sudah menjadi budaya di Mesir. Bahkan, ketika seseorang wafat, ada wasiat untuk mewakafkan hartanya. Pahala wakaf ini terus mengalir,” ungkapnya.

Gubernur juga mengungkapkan bahwa potensi wakaf nasional diperkirakan mencapai Rp2.000 triliun, namun membutuhkan lembaga pengelola yang profesional dan berintegritas agar manfaatnya optimal.

“Sumatera Barat sejak dulu selalu memberi kontribusi bagi peradaban bangsa. Salah satunya melalui pengelolaan wakaf. Karena itu, kita perlu menyiapkan nazhir yang kompeten, amanah, dan profesional,” tegas Mahyeldi.

Sementara itu, perwakilan Badan Wakaf Indonesia (BWI), Dr. Helmi Hamidah menyampaikan bahwa jumlah nazhir wakaf di Indonesia saat ini mencapai 6.940 orang, dengan sekitar 400 nazhir berasal dari Sumbar.

“Sumatera Barat termasuk provinsi yang lebih awal bergerak dalam pengelolaan wakaf. Lembaga nazhir memiliki peran strategis untuk menginventarisasi dan mengoptimalkan aset wakaf di daerah,” jelasnya.

Kegiatan Sertifikasi Nazhir Wakaf Batch IX ini diikuti oleh perwakilan  dari berbagai unsur, antara lain BWI, Kementerian Agama, perguruan tinggi, perbankan, asesor, serta sejumlah pakar dan praktisi perwakafan. Kegiatan ini diharapkan mampu memperkuat ekosistem wakaf yang produktif dan berkelanjutan di Sumbar. (adpsb/nov/bud)