HEADLINE
Ketua DPRD Padang Muharlion Usulkan PDAM Meminjam ke Daerah Lain    
Selasa, Desember 02, 2025

On Selasa, Desember 02, 2025

Ketua DPRD Padang Muharlion Usulkan PDAM Meminjam ke Daerah Lain
Ketua DPRD Kota Padang Muharlion mengusulkan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) melakukan peminjaman alat ke daerah lain. 
BENTENGSUMBAR.COM
- Sebagai Ketua DPRD Kota Padang Muharlion mengusulkan Perusahaan Umum Daerah Air Minum (PDAM) melakukan peminjaman alat ke daerah lain. 

Hai itu dikatakannya, usai melakukan peninjaun dan rapat mendadak dengan jajaran direksi PDAM, Selasa, 2 Desember 2025.

Tujuan rapat itu adalah untuk memetakan kerusakan dan merumuskan solusi konkret agar pasokan air kembali normal.

"Dari 7 intake wilayah utara yang selama ini berkapasitas 800 liter per detik, saat ini yang aktif dan beroperasi baru 210 liter per detik," katanya.

"Artinya, kita mengalami defisit pasokan hampir 600 liter per detik," tegas Muharlion.

Ia menyoroti betapa besarnya kekurangan pasokan yang dihadapi warga.

"Kita usulkan PDAM meminjam ke PDAM di daerah seperti Bekasi, Tangerang, Medan, atau bahkan Kota Bogor, jika mereka memiliki stok yang tidak terpakai. Langkah ini harus konkret," desak Muharlion.

Muharlion menekankan pentingnya langkah darurat yang cepat.

DPRD Kota Padang menegaskan akan langsung turun ke lapangan bersama tim PDAM untuk memantau progres perbaikan dan memastikan rencana darurat berjalan efektif.  (*) 

Buntut Banjir Bandang, Perantau Minang hingga DPR RI Desak Penegakan Hukum Pembalakan Liar Hutan Sumbar    
Selasa, Desember 02, 2025

On Selasa, Desember 02, 2025

Buntut Banjir Bandang, Perantau Minang hingga DPR RI Desak Penegakan Hukum Pembalakan Liar Hutan Sumbar
Kritik paling awal disuarakan oleh Perantau Minang, Braditi Moulevey. 
BENTENGSUMBAR.COM
- Desakan agar pemerintah menindak tegas praktik pembalakan liar yang dituding menjadi pemicu rangkaian banjir bandang dan longsor di Sumatera Barat (Sumbar) kembali menguat.

Gelombang kritik datang dari berbagai kelompok, mulai dari perantau Minang, anggota DPR, pejabat pemerintah, hingga organisasi lingkungan.

Mereka menilai kerusakan ekologis yang terjadi merupakan akumulasi dari kelalaian panjang dalam mengawasi kawasan hulu dan lemahnya penegakan hukum terhadap jaringan illegal logging yang diduga bekerja secara sistematis.

Kritik paling awal disuarakan oleh Perantau Minang, Braditi Moulevey, yang menegaskan bahwa rangkaian bencana hidrometeorologi yang menghantam sejumlah kabupaten dan kota di Sumbar bukan dapat disebut musibah alam semata.

Menurutnya, kerusakan lingkungan yang terjadi secara meluas memperlihatkan adanya campur tangan manusia yang menyulut kerentanan ekologis di wilayah yang memang dikenal rawan bencana tersebut.

Braditi menilai banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi berulang seharusnya menjadi titik balik evaluasi menyeluruh. Ia menyoroti penyempitan aliran sungai, pembangunan yang menabrak kawasan rawan, serta minimnya pengawasan terhadap aktivitas di daerah hulu.

"Semua itu memperlihatkan bahwa pemerintah daerah belum mengendalikan risiko bencana dengan baik, meski sejumlah wilayah sudah berulang kali mengalami kejadian serupa dalam satu dekade terakhir," katanya, Selasa (2/12/2025).

Meski mengapresiasi pemerintah yang bergerak cepat menetapkan status tanggap darurat serta menyalurkan bantuan awal, Braditi menekankan bahwa langkah-langkah itu tidak cukup bila tidak dibarengi penertiban serius terhadap akar persoalan.

"Mitigasi harus dibangun secara sistematis, bukan hanya sebagai respons sementara setelah bencana terjadi," katanya.

Menurutnya, pengawasan tata ruang, penertiban pembukaan lahan, pembatasan aktivitas pembalakan liar, dan edukasi kebencanaan harus dibenahi sebagai langkah permanen.

"Cuaca ekstrem yang makin sering terjadi akibat perubahan iklim membuat kesiapsiagaan masyarakat dan pemerintah menjadi keharusan, bukan pilihan," katanya.

Pria yang akrab disapa Levi itu juga menyoroti pentingnya sistem peringatan dini. Ia menilai informasi dari BMKG harus disebarkan lebih cepat dan menjangkau masyarakat hingga ke lapisan terbawah agar risiko korban jiwa dapat ditekan.

“Pemerintah harus lebih aware dan memasifkan informasi peringatan dini dari BMKG. Ini penting untuk menekan dampak bencana. Seharusnya hal ini menjadi pelajaran ke depannya,” ujarnya.

Di tengah duka yang menyelimuti keluarga korban, Braditi mengajak seluruh masyarakat Minang, baik di kampung maupun di rantau untuk memperkuat solidaritas.

"Bencana ini merupakan pengingat agar semua pemangku kepentingan menanggalkan ego sektoral dan menempatkan keselamatan warga sebagai prioritas utama. Sebagai Sekjen DPP IKM, saya menyerukan kepada seluruh anggota organisasi itu untuk bergerak membantu pemulihan secepat mungkin," katanya.

Di sisi lain, tekanan publik terhadap pemerintah daerah kian kuat setelah Anggota DPR RI asal Sumbar, Andre Rosiade, melemparkan kritik terbuka terhadap Gubernur Sumbar, Mahyeldi.

Dalam video yang beredar luas, Andre mempertanyakan langkah konkret pemerintah provinsi dalam menindak aktivitas illegal logging yang diduga terjadi di kawasan Suaka Margasatwa Bukit Barisan.

Seruan Andre bernada keras dan langsung menyasar Gubernur. Ia meminta pemerintah provinsi bersama Forkopimda menggunakan kewenangan penuh untuk menertibkan para pelaku illegal logging beserta pihak-pihak yang diduga membekingi kegiatan tersebut.

Ia bahkan menantang Gubernur untuk memerintahkan operasi penertiban dan penangkapan pelaku.

Menurut Andre, pembiaran bertahun-tahun terhadap aktivitas penebangan di kawasan hulu menjadi penyebab kerusakan ekologis yang memperparah banjir bandang.

"Pemerintah daerah selama ini minim inisiatif dalam menekan perambahan hutan, sehingga jaringan illegal logging dapat tumbuh bebas," katanya.

Desakan pengusutan illegal logging juga datang dari Kepala BP BUMN, Dony Oskaria, yang menegaskan bahwa banjir bandang di Sumbar, Aceh, dan Sumatera Utara tidak bisa dianggap semata-mata akibat cuaca ekstrem. Menurutnya, 99 persen kejadian itu dipicu kerusakan hutan akibat praktik penebangan ilegal.

Dony menyoroti beredarnya foto dan video yang memperlihatkan banjir membawa gelondongan kayu ke permukiman warga. Fenomena itu, katanya, merupakan indikator bahwa fungsi hutan sebagai penyerap air telah rusak.

Ia meminta Polda di tiga provinsi tersebut segera menindak para pelaku untuk mencegah bencana berulang, terutama karena curah hujan tinggi diprediksi masih berlangsung.

"Pemerintah daerah harus memperkuat mitigasi bencana dengan bekerja dalam satu komando. Sinergi lintas sektor menjadi penentu keberhasilan pemulihan wilayah terdampak," katanya.

Sementara itu, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sumatera Barat kembali mengingatkan bahwa rangkaian banjir bandang, tanah longsor, dan cuaca ekstrem yang terjadi secara bersamaan merupakan puncak dari krisis ekologis yang berlangsung lama.

WALHI menilai kerusakan dari hulu hingga hilir merupakan dampak akumulasi tata kelola ruang yang abai terhadap keselamatan publik.

WALHI juga menyebut ketidakadilan pengelolaan ruang, alih fungsi kawasan hulu, tambang ilegal, pembukaan lahan tanpa kajian risiko serta illegal logging sebagai akar persoalan.

Mereka menilai pemerintah daerah gagal menjalankan mandat konstitusi untuk menjaga hak warga atas lingkungan yang sehat sebagaimana diatur Pasal 28H UUD 1945.

Tommy Adam dari Divisi Hukum dan Penguatan Kelembagaan WALHI Sumbar mengatakan kelengkapan data mitigasi dan kajian risiko selama ini tidak pernah diimplementasikan secara serius oleh pemerintah daerah.

"Karena itu, wilayah-wilayah yang memiliki kerentanan tinggi terus mengalami bencana ekologis setiap tahun," katanya.

Lebih dari dua dekade terakhir, WALHI mencatat Sumbar kehilangan 320 ribu hektare hutan primer lembap dan 740 ribu hektare total tutupan pohon.

"Pada 2024 saja, 32 ribu hektare hutan hilang. Angka itu menunjukkan degradasi ekologis yang berlangsung masif dan sistematis," katanya.

Di Kota Padang, katanya, tekanan ekologis paling parah terjadi di kawasan hulu, terutama DAS Aia Dingin dan DAS Kuranji. WALHI menyebut Aia Dingin kehilangan 780 hektare tutupan pohon sejak 2001.

"Hulu DAS yang seharusnya menjadi benteng ekologis kini mengalami deforestasi berat sehingga meningkatkan erosi dan sedimentasi yang memicu banjir bandang," katanya.

WALHI menilai selama paradigma pembangunan masih menempatkan investasi sebagai prioritas, bencana ekologis akan terus berulang.

"Banjir bandang yang terjadi ini bukan sekadar fenomena alam, melainkan peringatan keras bahwa tata ruang yang abai akan keselamatan rakyat," katanya.

Di tengah kritik tersebut, Dinas Kehutanan (Dishut) Sumbar memberikan bantahan. Kadishut Ferdinan Asmin menegaskan bahwa ribuan potongan kayu yang terbawa banjir ke muara Batang Kuranji dan Pantai Parkit bukan hasil illegal logging, melainkan material pohon yang hanyut akibat longsor dan potongan dari ladang atau bangunan warga.

Menurutnya, kawasan hulu Batang Kuranji merupakan campuran hutan konservasi, hutan lindung, dan lahan masyarakat, dengan aktivitas dominan berupa perkebunan rakyat. Ia menyebut tidak ada perusahaan pemegang izin yang beroperasi di wilayah tersebut.

Analisis citra penggunaan lahan 2019 hingga 2024 menunjukkan perubahan tutupan hutan di Kota Padang sekitar 1,08 persen.

"Untuk tingkat Sumbar, perubahannya 1 hingga 1,5 persen. Dishut masih melakukan pengecekan lapangan dan memastikan akan menindak bila ditemukan pelanggaran," katanya.

Ferdinan menilai faktor cuaca ekstrem berperan besar dalam bencana kali ini, mengingat BMKG melaporkan hujan sangat lebat yang terjadi terus menerus.

"49 persen wilayah DAS di Kota Padang masih berupa hutan dan kami tetap memantau aktivitas perkebunan masyarakat," tuturnya. (*)

Temui Korban Banjir Di Nanggalo, Istri Wawako Padang Teteskan Air Mata    
Selasa, Desember 02, 2025

On Selasa, Desember 02, 2025

Temui Korban Banjir Di Nanggalo, Istri Wawako Padang Teteskan Air Mata
Istri Wakil Wali Kota Padang, Ny Srihayati Maigus Nasir. 
BENTENGSUMBAR.COM
– Istri Wakil Wali Kota Padang, Ny Srihayati Maigus Nasir meneteskan air mata saat melihat warga terdampak bencana banjir di Kecamatan Nanggalo, Senin (1/12/2025). Matanya berair melihat warga di Kompleks Griya Permata I dan II, Kelurahan Tabing Banda Gadang. 

Saat mengunjungi daerah itu, tingginya lumpur membuat kendaraan sulit melalui medan. Lumpur tebal setinggi hampir satu meter itu menutupi jalan. Hingga akhirnya istri wakil wali kota harus menaiki mobil double cabin type dakkar agar bisa sampai di lokasi bencana.

Ny Srihayati tergugu hingga akhirnya meneteskan air mata ketika mendapati rumah warga yang masih tergenang lumpur setinggi pinggang orang dewasa. Air hujan yang terkurung di dalam rumah warga belum sempat dikeluarkan. Sebab seluruh warga harus berada di pengungsian.   

“Saya tak bisa berkata-kata melihat ini semua, saya merasa kasihan dengan warga yang tidak dapat tidur di rumah karena air dan lumpur masih menggenang, lumpur sepinggang juga masih berada di dalam rumah warga,” tutur Ny Srihayati Maigus Nasir kepada Diskominfo. 

Ketua Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Padang itu juga mendapati perubahan arus sungai yang ada di dekat perumahan yang dikunjungi. Kencangnya arus banjir bandang membentuk jalur aliran baru (shortcut).

“Sebelumnya aliran sungai cukup jauh dari perumahan ini, akan tetapi setelah banjir kemarin, aliran sungai berada tepat di belakang rumah warga,” ucap Ny Srihayati.

Sepanjang melihat lokasi itu, Ny Srihayati tak kuasa menahan tangis. Terlebih melihat rumah-rumah warga yang terendam, jalan yang tertutup lumpur, serta wajah warga yang masih shock dengan kondisi yang didapati.

“Saya menangis deras setelah memberi bantuan di satu titik tempat yang terisolasi. Luar biasa ketika melihat kondisi warga yang tiga hari terkurung, tidak mendapatkan bantuan, mengungsi dan tidur di masjid,” terangnya. 

Saat kunjungan itu, Ny Srihayati menyerahkan bantuan kepada warga terdampak di Tabing Banda Gadang. Bantuan diterima langsung oleh warga.(Charlie)

Saat Tiga Provinsi Menjerit: Mengapa Status Bencana Nasional Tak Bisa Ditunda?    
Selasa, Desember 02, 2025

On Selasa, Desember 02, 2025

Saat Tiga Provinsi Menjerit: Mengapa Status Bencana Nasional Tak Bisa Ditunda?
Bencana yang melanda Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. 

OLEH: Irman Gusman, Senator RI asal Sumatera Barat

Bencana yang melanda Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh dalam beberapa hari terakhir bukan lagi peristiwa alam biasa. Ini adalah rangkaian banjir bandang, longsor, galodo, dan runtuhan tanah yang bergerak tanpa henti. Curah hujan ekstrem telah mengubah ratusan nagari, desa, dan kecamatan menjadi zona krisis.

Data sementara hingga 1 Desember 2025 mencatat lebih dari 120.000 kepala keluarga terdampak, ribuan rumah rusak berat, serta puluhan jembatan putus yang memutus akses antara kota dan kampung. Di beberapa wilayah, seperti Lembah Anai, Malalak, Barus, Tamiang, dan Pidie, jalan nasional amblas, bahkan hilang sama sekali. Ribuan warga terisolasi dan hanya bisa dijangkau melalui jalur darurat.

Di Aceh, luka sejarah seakan terbuka kembali. Gubernur Aceh, Mualem, dengan suara bergetar menyebut bencana ini sebagai “tsunami kedua bagi Aceh.” Kalimat itu menggambarkan betapa dahsyat kerusakan yang dialami daerah tersebut.

Tak Lagi Mampu Menahan Beban


Sebagai Senator dari Sumatera Barat, saya menerima banyak laporan dari lapangan, baik dari pemerintah daerah, relawan, maupun masyarakat. Banyak daerah telah menyampaikan bahwa mereka tidak lagi mampu membiayai penanganan darurat, apalagi pemulihan pascabencana yang membutuhkan dana besar dan waktu panjang.

Kapasitas fiskal banyak daerah semakin tergerus. Bahkan sebelumnya, Gubernur Sumbar Mahyeldi sempat meminta pemerintah pusat membiayai gaji ASN daerah—sebuah tanda bahwa ruang fiskal provinsi memang sangat tertekan. Ketika anggaran rutin pun menipis, bagaimana mungkin penanganan bencana berskala raksasa ini dapat ditangani sepenuhnya oleh daerah?

Karena itu saya menyebut bencana ini bukan hanya “tsunami kedua” seperti di Aceh, melainkan “tsunami plus”—karena bukan satu provinsi yang luluh lantak, tetapi tiga: Aceh, Sumut, dan Sumbar. Skalanya lintas wilayah, lintas batas, dan lintas kemampuan.

Mengapa Status Bencana Nasional Mendesak?


Ada celetukan: “Untuk apa status Bencana Nasional? Bukankah pemerintah pusat sudah bekerja?” Pernyataan itu keliru membaca realitas.

Status Bencana Nasional bukan soal gelar administratif. Ia adalah pintu masuk koordinasi lintas kementerian, mobilisasi penuh TNI-Polri, percepatan logistik, dan penggunaan sumber daya nasional tanpa batasan birokratis.

Dengan status itu, pemerintah dapat:

1. Mengerahkan alat berat secara terintegrasi dan masif.

2. Mengaktifkan operasi kemanusiaan terpadu lintas lembaga.

3. Mempermudah pendanaan rehabilitasi dan rekonstruksi.

4. Memangkas hambatan administratif penanganan darurat.

5. Menjamin suplai logistik tanpa henti untuk wilayah terisolasi.

Tanpa status tersebut, penanganan akan tetap sporadis dan hanya menyelesaikan gejala jangka pendek, bukan akar masalah jangka panjang.

Setiap jam yang terlewat, nyawa yang dipertaruhkan.

Negara Harus Hadir Sepenuhnya


Dalam kapasitas saya sebagai Senator, saya telah mengirim surat resmi kepada pemerintah pusat. Tim saya di Sumatera Barat juga terus bergerak memberikan bantuan, namun saya harus jujur: upaya lokal tidak lagi cukup.

Kerusakan terlalu luas. Waktu terlalu sempit. Akses masih banyak yang tertutup. Sementara warga di kampung-kampung yang terisolasi hanya bisa berharap dari kejauhan.

Karena itu, saya memohon sekaligus mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan penetapan Status Bencana Nasional untuk Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Aceh. Ini bukan tuntutan politik. Ini adalah panggilan kemanusiaan dari daerah-daerah yang sedang berjuang mempertahankan hidup warganya.

Negara yang besar adalah negara yang tidak membiarkan rakyatnya berjuang sendirian saat bencana datang. Hari ini, masyarakat di tiga provinsi itu sedang menunggu—bukan janji, tetapi keputusan.

Jangan biarkan mereka menunggu lebih lama.
Jangan biarkan nyawa hilang karena keterlambatan.

Kami di DPD RI adalah suara daerah. Dan hari ini suara itu berseru lantang: Tiga provinsi menjerit. Sumatera butuh negara hadir sepenuhnya—sekarang. (*}

Wako Fadly Amran Dampingi Wamendagri Bima Arya Tinjau Kawasan Komplek Griya Permata 2    
Selasa, Desember 02, 2025

On Selasa, Desember 02, 2025

Wako Fadly Amran Dampingi Wamendagri Bima Arya Tinjau Kawasan Komplek Griya Permata 2
Wali Kota Padang, Fadly Amran, mendampingi Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Bima Arya, meninjau langsung kawasan Komplek Griya Permata 2.
BENTENGSUMBAR.COM
- Wali Kota Padang, Fadly Amran, mendampingi Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri), Bima Arya, meninjau langsung kawasan Komplek Griya Permata 2, Kelurahan Tabing Banda Gadang (TBG), Kecamatan Nanggalo, Selasa (2/12/2025). 

Lokasi tersebut menjadi salah satu titik terparah dalam bencana banjir yang melanda Kota Padang selama sepekan terakhir.

Dalam kunjungan itu, Wamendagri menyerahkan bantuan logistik, sekaligus memastikan penanganan darurat di lapangan berjalan optimal. Ia menegaskan bahwa pemerintah pusat berkomitmen untuk mempercepat pemenuhan kebutuhan dasar warga terdampak bencana hidrometeorologi.

“Yang utama adalah memastikan kebutuhan mendesak seperti bahan makanan, air bersih, obat-obatan, dan pakaian dapat segera terpenuhi. Begitu juga dengan pemulihan infrastruktur, kita semua harus bekerja keras,” ujarnya.

Bima Arya juga menyoroti sejumlah rumah yang berada dalam kondisi rawan akibat gerusan air sungai. Karena itu, ia meminta pemerintah daerah untuk mempercepat proses relokasi bagi warga yang tinggal di sepanjang bantaran sungai.

“Pemerintah pusat siap menampung aspirasi daerah, termasuk usulan pembangunan dam di kawasan ini untuk mengurangi resiko banjir ke depan,” imbuhnya.

Sementara itu, Wali Kota Padang, Fadly Amran, menyampaikan apresiasi atas perhatian dan kehadiran langsung Wamendagri di tengah upaya Pemko Padang menangani bencana. Ia menyebut banjir dan longsor di sejumlah titik telah menimbulkan kerusakan signifikan pada permukiman maupun infrastruktur.

“Kehadiran pemerintah pusat sangat berarti bagi percepatan penanganan dan pemulihan pasca bencana di Kota Padang," kata Fadly.

Selanjutnya, Wali Kota Padang juga memastikan pemerintah kota bersama TNI-Polri serta seluruh unsur kebencanaan terus bekerja maksimal dalam penanganan darurat, pembersihan material, serta penyaluran bantuan agar tepat sasaran.

“Insya Allah pemulihan di seluruh titik terdampak akan kita percepat, sehingga kondisi dapat kembali membaik,” ungkapnya. (*)

Reses Masa Sidang I DPRD Sumbar,  Neldaswenti Kunjungi dan Tampung Aspirasi Pedagang Silo    
Selasa, Desember 02, 2025

On Selasa, Desember 02, 2025

Reses Masa Sidang I DPRD Sumbar,  Neldaswenti Kunjungi Dan Tampung Aspirasi Pedagang Silo
Reses Masa persidangan I tahun 2025-2026, Anggota Komisi V DPRD Provinsi Sumatera Barat Neldaswenti. 
BENTENGSUMBAR.COM
- Reses Masa persidangan I tahun 2025-2026, Anggota Komisi V DPRD Provinsi Sumatera Barat Neldaswenti, jemput aspirasi masyarakat Dapil VI Sumbar yang kali ini merupakan kunjungan ke para pedagang di kawasan pusat jajanan kuliner Silo Sawahlunto, Selasa (2/12/2025).

Diawali dengan perkenalan diri pengurus Assosiasi Pedagang Silo Sawahlunto (Apesisto) yang berdiri pada tanggal 10 November lalu , pertemuan dilanjutkan dengan diskusi yang berlangsung hangat penuh keakraban. Banyak masukan berupa saran, dan permintaan di sampaikan oleh para pedagang yang hadir termasuk yang paling utama adalah pembenahan dan penataan lokasi.

Membuka sambutannya, Neldaswenti mengungkapkan rasa keprihatinan-nya terhadap lokasi dan kondisi para pedagang.

"Ada diantara bapak ibu yang memang berdagang disini dari awal namun sebagian besar disebabkan karena keterpaksaan, mau tidak mau mesti pindah kesini, dengan kondisi apa adanya, becek bila hujan dan belum tertata dengan baik," kata Anggota DPRD Prov Sumbar dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) tersebut.

Tapi percayalah, katanya melanjutkan, kami yakin pemerintah daerah pasti akan melakukan pembenahan atau penataan, meskipun ada keterlambatan karena prosedur yang mesti dilalui yaïtu perizinan pinjam pakai lahan dari PTBA sang pemilik lokasi.

"Apa yang bapak/ibu sampaikan hari ini, sudah lebih dahulu kami lakukan dimana ada běběrapa Iven besar yang awalnya direncanakan berlangsung di lapangan Ombilin namun mengingat kondisi yang sedang bapak/ibu rasakan maka lokasi acaranya kami pindahkan ke Silo ini sehingga dengan kehadiran ratusan peserta dapat meningkatkan perputaran jual beli kita semua," ucap Neldaswenti didampingi suami tercinta, Zohirin Sayuti, Wakil Wali Kota Sawahlunto periode 2018–2023.

"Besok juga (Rabu, 3 Desember), disini akan kami gelar peringatan Hari Disabilitas yang diperkiranan bakal dihadiri oleh 600 orang lebih peserta," ucapnya.

Legistator yang gigih memperjuangkan dan membantu para pelaku UMKM di DAPIL VI Sumbar ini berpesan pada para pedagang untuk selalu semangat serta meningkatkan mutu dagangannya dengan memperhatikan tiga hal yaïtu:
1. Sikap , layani pembeli dengan ramah jangan jutek .
2. Rasa, kalau rasa makanan enak, dimanapun pasti di cari orang 
3. Kebersihan lingkungan tempat berjualan.

"Semua masukan bapak ibu sudah saya catat, Insyaallah akan jadi catatan penting untuk di agendakan pada tahun anggaran berikutnya sesuai dengan kewenangan saya sebagai Anggota DPRD Provinsi," pungkasnya. (marjafri)

Posko Lubuak Minturun Perbarui Data Korban Banjir Setiap Jam    
Selasa, Desember 02, 2025

On Selasa, Desember 02, 2025

Posko Lubuak Minturun Perbarui Data Korban Banjir Setiap Jam
Aktivitas di Posko Tanggap Darurat Bencana Kelurahan Lubuak Minturun. 
BENTENGSUMBAR.COM
– Aktivitas di Posko Tanggap Darurat Bencana Kelurahan Lubuak Minturun, Kota Padang, pada Selasa (2/12/2025) terus meningkat. Sejak pagi, petugas menerima arus warga terdampak yang mencari informasi bantuan. Relawan dari FKSB, BPBD, Polda Sumbar, dan TNI mengatur alur pelayanan agar proses penanganan tetap tertib.

Setiap jam, petugas memperbarui data korban dan kondisi keluarga terdampak berdasarkan laporan lapangan. Mereka mencatat kerusakan rumah serta kebutuhan mendesak dari setiap titik terdampak. 

Seluruh daftar korban dari Graha Indah, Grand Mandiri, Cahaya Madani, ABI, dan kawasan lain ditempel di dinding posko agar warga dapat memeriksanya dengan cepat.

Pada saat bersamaan, relawan menyalurkan makanan siap santap kepada warga. Selain itu, kelompok ibu-ibu relawan menyiapkan dapur umum dengan memasak dan membungkus makanan untuk seluruh pengungsian. Proses itu berlangsung teratur karena masing-masing relawan sudah membagi tugas sejak pagi.

Tim pendataan terus mencatat kerusakan fisik rumah, jumlah jiwa per KK, kondisi lansia, serta kebutuhan khusus. Selanjutnya, petugas membawa data itu ke meja verifikasi agar proses distribusi bantuan lebih akurat. Di area posko, personel Polri dan FKSB menjaga ketertiban dan memastikan warga memperoleh informasi dengan benar.

Seiring meningkatnya aktivitas posko, warga terlihat saling membantu untuk memperlancar proses pelayanan. Relawan menyampaikan bahwa koordinasi antara masyarakat dan aparat berjalan baik. 

"Kami berusaha menjaga pelayanan agar bantuan tepat sasaran," ujar salah satu relawan di posko.

Kondisi di lapangan menunjukkan kerja sama kuat antara masyarakat, petugas, dan berbagai lembaga yang terlibat. 

Semua pihak bergerak cepat untuk memenuhi kebutuhan warga terdampak, terutama dalam hal pangan, informasi, dan pendataan awal. Dengan demikian, proses pemulihan pascabencana dapat berlangsung lebih terarah dan merata. (Ge/Taufik)

Hunian Sementara Siap, Pendataan Rumah Rusak Jadi Prioritas    
Selasa, Desember 02, 2025

On Selasa, Desember 02, 2025

Hunian Sementara Siap, Pendataan Rumah Rusak Jadi Prioritas
Wali Kota Padang, Fadly Amran. 
BENTENGSUMBAR.COM
- Pemerintah Kota (Pemkot) Padang menyiapkan 80 unit rumah sebagai hunian sementara bagi warga yang masih berada di pengungsian pascabencana. Wali Kota Padang, Fadly Amran, mengatakan bahwa fasilitas ini diperuntukkan bagi masyarakat yang tidak memungkinkan tinggal lebih lama di lokasi pengungsian karena alasan kesehatan maupun kondisi lingkungan. “Saat ini kami memiliki sekitar 80 rumah pasca-COVID yang bisa digunakan sementara sebagai tempat penampungan warga,” ujar Fadly, Selasa (2/12/2025) saat meninjau lokasi terdampak banjir di Tabing Banda Gadang, Nanggalo, Kota Padang.

Selain penyediaan hunian sementara, Pemkot Padang juga telah mengajukan pembangunan hunian tetap kepada pemerintah pusat.

Proses koordinasi dengan sejumlah kementerian terus dilakukan agar pembangunan rumah bagi masyarakat terdampak dapat dipercepat.

Untuk memastikan seluruh bantuan tepat sasaran, Fadly telah menginstruksikan camat dan lurah untuk melakukan pendataan menyeluruh terhadap rumah warga yang mengalami rusak berat, rusak sedang, hingga tidak layak huni. “Pendataan ini bagian penting dari proses pemulihan. Kami ingin memastikan bahwa bantuan diberikan sesuai kebutuhan di lapangan dan tepat sasaran,” tegasnya.

Komdigi Bangun Posko dan Media Center

Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) terus memastikan pemulihan konektivitas jaringan serta infrastruktur telekomunikasi di wilayah terdampak banjir dan tanah longsor di Sumatra.

Selain pemulihan teknis, Komdigi juga mendirikan sejumlah Posko sebagai Pusat Informasi dan Media Center untuk mendukung komunikasi darurat dan koordinasi penanganan bencana.

Di Aceh, posko dipusatkan di Gedung Sekretariat Daerah Provinsi Aceh, sementara di Sumatra Barat posko ditempatkan di Komplek Kantor Gubernur Sumbar.

Untuk Sumatra Utara, Posko Komdigi beroperasi di tiga titik, yakni Gedung Kwarda Gerakan Pramuka Sumut, Gelanggang Olahraga (GOR) Pandan Tapanuli Tengah), serta Posko Dukungan Psikososial di Hamparan Perak, Deli Serdang.

Posko tersebut berfungsi sebagai ruang kerja bagi jurnalis, pusat penyelenggaraan konferensi pers, serta titik koordinasi lapangan bagi satuan Komdigi, operator seluler, pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan terkait.

Selain itu, posko menjadi lokasi pemantauan jaringan telekomunikasi oleh Balai Monitoring (Balmon) di tingkat wilayah, sekaligus ruang redaksi bersama untuk penyusunan narasi, informasi publik, dan berbagai konten terkait penanganan bencana. (B)

Akibat Banjir Bandang di Padang, 2.912,16 Hektare Sawah Terancam Kekeringan    
Selasa, Desember 02, 2025

On Selasa, Desember 02, 2025

Akibat Banjir Bandang di Padang, 2.912,16 Hektare Sawah Terancam Kekeringan
2.912,16 hektare sawah terancam kekeringan.
BENTENGSUMBAR.COM
– Ribuan hektare sawah di Kota Padang terancam kekeringan akibat banjir bandang pada Jumat (28/11/2025) lalu. Kekeringan diakibatkan rusaknya bendungan besar di Kota Padang. 

Kepala Dinas Pertanian Kota Padang, Yoice Yuliani saat dikonfirmasi mengatakan bahwa 2.912,16 hektare sawah terancam kekeringan terdapat yakni di Kecamatan Koto Tangah, Kecamatan Kuranji, sebagian di Kecamatan Lubuk Kilangan,  Kecamatan Nanggalo, Kecamatan Padang Timur, serta sebagian Kecamatan Pauh. Sementara luas sawah eksisting di Kota Padang 4.358 hektare. Artinya lebih dari 50 persen sawah di Kota Padang akan berdampak kekeringan. “Iya, akibat bencana kemarin ada dua irigasi bendungan besar yang rusak, yakni di Koto Tuo dan Gunung Nago,” terang Yoice saat dikonfirmasi Diskominfo, Selasa (2/12/2025). 

Bendungan Koto Tuo terletak di Koto Tangah. Di bendungan ini terdapat intake dengan jalur ke kanan maupun ke kiri. Saat ini, kondisi intake itu mengalami kerusakan berat. “Intake tersebut jebol sehingga tidak dapat mengairi sawah,” terang Yoice. 

Akibat jebolnya intake itu, sekitar 900 hektare sawah di Koto Tangah menjadi terdampak. Sementara luas sawah di kecamatan itu seluas 1.200 hektare. Diperkirakan, dalam kurun beberapa hari ke depan seluruh sawah di kecamatan tersebut kekeringan akibat tak bisa di airi.

Sementara itu kondisi bendungan irigasi di Gunung Nago juga mengalami hal serupa. Intake ke jalur kanan yang mengairi sawah di Kecamatan Nanggalo, sebagian Kelurahan Gunung Sarik,  Kelurahan Sungai Sapih, Kelurahan Kalumbuk, Kelurahan Korong Gadang juga ikut jebol.

Begitu juga intake Gunung Nago ke jalur kiri yang mengairi sawah Kelurahan Piai Tangah, Kelurahan Pisang, sebagian Kelurahan Binuang Kampung Dalam, sebagian Cupak Tangah, dan sawah di sebagian Kecamatan Padang Timur, sebagian sawah di Kecamatan Kuranji dan sawah di tiga Kelurahan di Kecamatan Lubuk Begalung. “Melalui Irigasi Gunung Nago  ini sawah yang akan terdampak kekeringan lebih luas lagi, kurang lebih 2.000 hektare,” jelas Yoice. 

Pihak Dinas Pertanian Kota Padang telah berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai Sumatera (BWS) V untuk  mengatasi kondisi demikian. Kelompok Tani di Kecamatan Koto Tangah meminta supaya air bisa mengalir kembali, agar dibantu dengan pompa besar, karena banyak tanaman padi yang sedang baru tumbuh.  BWS V menyarankan agar Dinas Pertanian tidak menggunakan pompa besar untuk menarik dan mengalirkan air ke sawah. Karena akan memakan biaya operasional yang besar. “Saran BWS V dibuat batu bronjong, sehingga air dapat masuk. Sementara untuk bendungan di Koto Tuo  dan Gunung Nago merupakan kewenangan Provinsi (Pemprov Sumbar).  Nanti pihak Dinas PUPR Kota Padang yang akan berkoordinasi langsung,” sebut Kadis Pertanian Padang. 

Sisi lain Yoice Yuliani mengatakan, saat ini terdapat sekitar 357 hektare sawah yang mengalami puso (gagal panen), termasuk di Kelurahan Kuranji yang terbenam oleh lumpur. Diperkirakan puso akan merebak ke daerah lain akibat dampak kekeringan yang membuat tanaman padi tidak berkembang. 

Dinas Pertanian mencatat, sejumlah lahan sawah yang tidak terdampak kekeringan adalah di Kecamatan Bungus Teluk Kabung seluas 650 hektare, dan Kecamatan Lubuk Begalung yang aman dari banjir bandang. Sebab sawah di kecamatan itu, 75 persen sumber airnya berasal dari hulu Lubuk Peraku. (Charlie)