Gelamai, Makanan Khas Payakumbuh

KOTA Payakumbuh merupakan salah satu kota di Sumatra Barat yang terkenal akan kekhasan kulinernya. Diantara banyak rekomendasi, salah satu cemilan khas yang layak anda pertimbangkan adalah Gelamai.

Gelamai dikenal sebagai makanan khas warga kota Payakumbuh, Sumatra Barat. Kota Payakumbuh sejak dulu dikenal sebagai kota gelamai. Gelamai ini biasanya dijadikan masyarakat sebagai oleh-oleh dari Kota Payakumbuh. 

Gelamai merupakan cemilan sejenis dodol atau jenang yang berkembang di Payakumbuh. Selain di Payakumbuh, cemilan ini juga ditemukan di berbagai tempat di Sumatera Barat, antara lain Solok, Pariaman, dan Pasaman.

Penyebutan kuliner ini juga bervariasi di tiap daerah. Antara lain, galamai, kalamai, calamai dan gelamai.

Ibuk Zainal atau yang akrab dipanggil Tek Tam adalah seorang pedagang gelamai yang sangat terkenal di Parik Rantang, Payakumbuh. 

Tek Tam merupakan anak dari Mayona yang merupakan owner dari usaha gelamai ini. Kini usaha Gelamai Tek Tam diteruskan oleh Ibuk Husniati, yang mana Ibuk Husniati ini adalah cucu dari Mayona.

"Usaha gelamai Tek Tam ini sudah berdiri lama sejak tahun 1950an. Tek Tam itu adalah orang tua saya, tetapi owner pertamanya bukan Tek Tam tetapi nenek Mayona yang merupakan orang tua dari Tek Tam" ungkap Ibuk Husniati yang kini meneruskan usaha gelamai Tek Tam.

Usaha gelamai Tek Tam yang sangat terkenal di Kota Payakumbuh ini, berlokasi di Jl. Latsitarda, Parik Rantang, Kec. Payakumbuh Barat, Kota Payakumbuh, Sumatra Barat. 

Dari jalan raya kita akan memasuki jalan biasa yang lumayan kecil, walaupun masuk kedalam, tapi spanduk gelamai Tek Tam terpampang besar dipinggir jalan raya dekat persimpangan jalan rumahnya. 

Untuk tempat prosuksi sekaligus tempat distribusinya ia memutuskan untuk melakukannya dirumah sendiri atau dengan istilah lain home industri.

Dan dirumahnya dia tidak hanya menjual gelamai saja, tetapi dia juga menjual berbagai makanan-makanan tradisional lainnya, seperti rengginang, sanjai, kerak telur, keripik, dll.

"Makanan khas yang satu ini terbuat dari tepung beras ketan (pulut), gula aren, dan santan. Ketiga jenis bahan ini dimasak dalam suatu kuali besar dengan cara diaduk terus menerus hingga membentuk gumpalan yang liat dan berwarna kecokelatan. Gumpalan ini akan dipotong dan dibentuk sebelum adonannya dingin. Adonan yang sudah terbentuk akan dimasukan dalam kemasan yang mana perkemasannya beragam harganya. Untuk kemasan paling kecil kami jual dengan harga Rp. 21.000 dan kemasan yang besar kami jual dengan harga Rp.40.000," ungkap Ibuk Husniati.

Sepanjang 3-4 jam proses pemasakan, adonan galamai di atas kuali tidak boleh berhenti diaduk dengan nyala api yang harus benar-benar pas.

Karenanya, kualitas dari galamai yang dihasilkan sangat ditentukan oleh kelihaian dan pengalaman dari orang yang membuatnya.

Dari segi rasa, gelamai hampir mirip rasanya dengan jenang kudus yang manis dan legit di mulut. Sedikit berbeda dengan dodol atau jenang, gelamai memiliki rasa yang unik,  gurih dan renyah. 

Menariknya, bagi masyarakat Minangkabau mereka dapat membedakan manakah galamai asal Payakumbuh maupun daerah-daerah lainnya. 

Karena memiliki karakteristik dan kekhasan serta kerumitan dalam proses pembuatannya.

Ditengah maraknya pemasaran produk melalui media belanja online seperti aplikasi Shoopee ataupun aplikasi lainnya yang memudahkan penjual untuk mendistribusikan barang usahanya  beliau malah memutuskan untuk memasarkan produknya dengan media-media tersebut. 

"Kalau untuk pemasaran usaha saya biasanya menggunakan media langsung dan media online. Untuk media langsungnya saya saya membuatkan spanduk, dan berita dari mulut kemulut. Dan untuk media onlinenya kami menggunakan aplikasi Facebook dan Instagram dengan nama @gelamaitektam," ungkap Ibuk Husniati.

Namun, meskipun beliau hanya menggunakan media-media itu ternyata gelamai jualannya sudah tersebar ke Nusantara bahkan luar negri, ada yang bawa ke Jakarta, Sulawesi, Singapura, Malaysia dan bahkan ada yang bawa ke Amerika.

"Misalnya ada orang yang pulang kampung dari luar kota, dia biasanya membeli oleh-oleh dari sini dan disebarkannya disana. Dan juga karena suami saya orang Amerika, kalau dia pulang ke Amerika dia akan membawa oleh-oleh ini untuk keluarga dan teman-temannya disana, atau keluarga dan teman-temannya berkunjung kesini ketika balik ke Amerika akan membawa oleh-oleh ini. Dan karena hari demi hari usaha gelamai saya semakin maju dan dikenal banyak orang, banyak juga masyarakat luar yang berkunjung kesini membeli gelamai saya untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh," ucap Ibuk Husniati.

Ternyata faktor yang membuat usaha beliau dibawa sampai ke luar negri adalah karena hubungan atau relasi.

Usaha gelamai Tek Tam ternyata bukan hanya dijadikan oleh-oleh Kota Payakumbuh dan hanya terkenal di Payakumbuh saja, ternyata usaha gelamai ini sudah mendapatkan banyak penghargaan dari berbagai festival-festival kuliner diseluruh Indonesia bahkan pernah ditayangkan di program tv nasional yaitu pada siaran TV Trans7.

Beberapa piagam penghargaan Gelamai Tek Tam

Di era yang modern ini Ibuk Husniati malah memutuskan menjadi pengusaha makanan tradisional. 

"Saya tahu sekarang zaman semakin modern, masyarakat banyak mengonsumsi makanan dan pakaian yang  berbau western, tapi apa salahnya kita tetap menjaga tradisi asli yang merupakan ciri khas dan kebanggaan daerah kita. Apalagi dengan banyaknya usaha modern dan sedikitnya usaha tradisional membuat persaingan saya tidak banyak, dan akan lebih menguntungkan saya," ungkap Ibuk Husniati.

*Ditulis Oleh: Rahmi Hidayat, Mahasiswa Jurusan Manajemen Universitas Andalas

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »