Pengelolaan Perkebunan Kelapa Sawit Swadaya di Indonesia

BISNIS kelapa sawit saat ini merupakan salah satu bisnis yang  memiliki prospek yang sangat menjanjikan.Saat pandemi Covid-19 bisnis kelapa sawit merupakan salah satu usaha yang tidak terpengaruh dan cenderung stabil. 

Indonesia sendiri disebut sebagai produsen kelapa sawit terbesar di dunia. Komoditas kelapa sawit juga sangat berpengaruh di dalam perekonomian Indonesia. 

Di jelaskan di laman Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia “Perekonomian nasional telah menunjukkan resiliensi dengan kinerja pertumbuhan yang tercatat impresif hingga mencapai 5,44% (yoy) pada Q2-2022. Geliat kinerja pertumbuhan tersebut salah satunya didukung oleh sisi ekspor yang mengalami pertumbuhan sebesar 19,74% (yoy) dengan dukungan dari ekspor komoditas kelapa sawit sebagai komoditas unggulan Indonesia.” 

Dalam 5-10 tahun kedepan pun diperkirakan kebutuhan akan kelapa sawit akan terus meningkat dan menjanjikan. 

Sawit swadaya adalah kebun kelapa sawit yang di kelola oleh petani sawit mandiri atau bisa juga disebut petani sawit swadaya. Luas kebun nya minimal 0,6 hektare sampai dengan dibawah 25 hektare. 

Dikutip dari laman BETAHITA “Perkebunan kelapa sawit di Indonesia mencapai 16,38 juta hektare. Sebanyak 41 persen atau 6,72 juta hektare merupakan sawit swadaya, berdasarkan data Kementerian Pertanian tahun 2019.”

Mekanisme perkebunan kelapa sawit swadaya sendiri ada dua yaitu, petani sawit swadaya bisa menjual langsung buahnya ke Pabrik Kelapa Sawit (PKS) yang ada di sekitarnya, atau petani swadaya juga bisa menjual buahnya ke pengepul/tauke untuk berbagi dan meminimalisir berbagai macam risiko.

“Biasanya petani dengan skala ini jualnya ke tauke untuk berbagi risiko,” ucap pak Sahmual salah satu petani sawit swadaya di KAB. Padang Lawas Utara, Sumut.

Manajemen operasional pada kebun sawit swadaya yang sudah Tanaman Menghasilkan (TM) terbagi menjadi dua yaitu, manajemen perawatan tanaman dan manajemen panen.

“Perawatan sendiri dilakukan agar tanaman dapat tumbuh maksimal tanpa tersaingi gulma atau tanaman pengganti lainnya dan juga untuk memudahkan pekerjaan lainnya seperti pemupukan dan panen sehingga hasilnya optimal,” ucap pak Sahmual 

“Sedangkan tujuan panen pada tanaman menghasilkan (TM) adalah memanen Tandan Buah Segar (TBS) yang sudah matang semaksimal mungkin untuk dijual ke pengepul atau langsung ke PKS,” jelasnya lagi.

Proses kegiatan perawatan tanaman dimulai dengan pembuatan rencana kerja kapan dilakukannya dan berapa kali dalam setahun harus dilakukan (rotasi). 

Selanjutnya, direncanakan juga persiapan bahan dan alat, terutama untuk penyemprotan dan pemupukan.

Proses ini dilakukan terus berulang setiap tahun sampai kebun replanting (tanam ulang). Kegiatan perawatan itu sendiri meliputi penyemprotan, pemupukan, pemangkasan pelepah dan perawatan jalan.

Proses kegiatan panen dimulai dengan merencanakan pusingan/rotasi panen, tenaga pemanen, peralatan serta menentukan kemana akan dijual TBS nya. 

Rotasi panen biasanya dilakukan setiap 3 kali sebulan (setiap 10 hari sekali), namun ada juga yang 2 kali sebulan (setiap 14 hari sekali). 

Tenaga pemanen biasanya dibutuhkan 1 orang untuk 2-3 kektare kebun kelapa sawit, ditambah lagi 1org tenaga tukang kutip loose fruit (brondolan) serta tentunya tenaga pengawas.

Setelah itu pelaksanaan dilanjutkan sesuai yang sudah direncanakan sampai dengan TBS sampai di Tempat Penumpukan Hasil (TPH) dan ditimbang oleh pengepul kalau jualnya ke pengepul,  atau diangkut lansung ke PKS dengan truck kalau jualnya ke PKS.

Demikianlah proses bisnis ini dilakukan terus-menerus setiap masuk rotasi panen, setiap bulan, sepanjang tahun sampai tanaman di replanting (tanam ulang) biasanya pada saat tanaman  berumur 25-30 tahun.

*Ditulis Oleh: Fauziah Tri Hapsari, Mahasiswi Unand.

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »