Kota Pariaman di Mata Saya

Kota Pariaman di Mata Saya
Tabuik Piaman untuk memperingati kematian Imam Husein di tangan Yazid.  
Jika yang dinamakan kampung adalah tempat kelahiran, maka sesungguhnya kampung saya adalah orang Padang. Namun jika yang dinamakan kampung halaman itu adalah dari mana kedua orang tua berasal, maka saya layak mengatakan Pariaman sebagai kampung halaman saya.

Pasca “menyelesaikan” karir saya di Pemerintah Kota Padang, maka satu-satunya kota terdekat untuk melanjutkan kiprah dan mencari tantangan baru adalah Pemerintah Kota Pariaman, dan memang akhirnya saya berlabuh di sana. Proses penerimaan saya di Pemko Pariaman berlangsung cepat, jauh lebih cepat dari pelepasan di Kota Padang, padahal jika dilihat dari profesionalisme aparaturnya, sudah tentu Pemko Padang belumlah kalah dari Pemko Pariaman.

Kiprah saya di Pemko Pariaman ini juga tidaklah lama sebenarnya, hanya satu musim liga sepakbola di Eropa saja, sekitar 8 bulan. Namun cukup bagi saya untuk mendapatkan sedikit ilmu pengetahuan mengenai Kota Pariaman. Dilihat dari geografis, Pariaman sebenarnya berada dalam posisi sulit dan menguntungkan disaat yang bersamaan. Tergantung dari sudut pandang mana kita melihat. Sebagai salah satu kota dengan jarak terdekat ke ibukota propinsi, bisa menjadi nilai lebih atau sebaliknya juga bisa menjadi nilai minus.

Sepandangan saya ekonomi Kota Pariaman bisa dikatakan biasa-biasa saja jika tidak ingin dikatakan tertinggal. Mungkin perekonomian di Bukittinggi, Padang Panjang dan Payakumbuh lebih baik. Sebagai kota yang sangat dekat dengan ibukota propinsi yang tidak lain adalah Kota Padang, Pariaman seolah hilang dalam lalu lintas perekonomian Padang-Bukittingi. Terutama perekonomian di bidang pariwisata.

Kalau saya boleh meniru perkataan-perkataan pejabat-pejabat di Pemko-Pemko yang lain, setiap pejabat yang daerahnya memiliki pantai akan mengatakan, bahwa pantai di daerahnya tidak kalah dari pantai yang ada di Bali. Bahkan terakhir saya membaca sebuah berita yang mengatakan bahwa pejabat Pemko Padang mengatakan pantai padang tidak kalah indah dari pantai di Nice Perancis dan Monako. Mungkin sebagian orang mengatakan itu hiperbola, tapi bisa saja apa yang dikatakan pejabat-pejabat itu ada benarnya. Mungkin saja secara geografis dan topografi kita punya pantai sama atau lebih baik dari pantai-pantai yang sudah lebih dulu terkenal sebagai destinasi favorit wisatawan dunia itu. Bedanya yang tidak kita milliki adalah manner seperti mereka.

Saya sendiri sebagai PNS yang pernah berdinas singkat di Pemko Pariaman sesungguhnya tidak tahu pasti apa yang menjadi ujung tombak Pemko Pariaman dalam menghasilkan PAD untuk membangun daerahnya. Namun dalam beberapa kesempatan saya berulang kali mendengar bahwa pariwisata adalah salah satu program unggulan yang akan ditonjolkan untuk meraih Pendapatan Aslli Daerah (PAD). Karena memang jika dipikir secara logika, apalagi yang bisa ditonjolkan dari Pariaman selain pariwisata ? Masalahnya adalah jika hanya mengandalkan wisata pantai yang sangat “tradisional”, maka orang akan lebih memilih ke Kota Padang, lagipula rasanya sangat sedikit orang yang berdomisili di Kota Padang datang ke Kota Pariaman jika “hanya” untuk melihat ombak saja. Karena di Padang pun hal seperti itu ada.

Jika bisa sedikit lebih berkreatif ria, maka sudah sepatutnya Kota Pariaman memiliki sebuah situs wisata terpadu yang dikelola secara profesional, sehingga mampu memberikan sebuah penawaran berwisata yang baru kepada wisatawan, khususnya wisatawan lokal terlebih dahulu. Kita bisa melihat ke Kota Malang, yang mana jaraknya dari Ibukota Propinsi Jawa Timur, Surabaya, juga tidak terlalu jauh. Tapi Kota Malang memiliki objek-objek wisata yang memang khas dan tidak dimiliki oleh Kota Surabaya, sehingga masyarakat Surabaya pun berbondong-bondong untuk ke Kota Malang. Mulai dari Museum Transportasi, wisata alam di Batu, dan mungkin masih banyak lainnya. 

Bahkan satu komplek resortnya menjadi tempat langganan training camp timnas sepakbola Indonesia. Artinya adalah begitu banyak PAD yang bisa didapatkan Kota Malang walaupun, jarak mereka cukup dekat dengan Surabaya (hanya sekitar 80 km). Meningkatnya transaksi ekonomi di Kota Malang juga memberikan pemasukan pajak yang cukup siginifikan kepada Kota Malang. Resort yang penuh dengan pengunjung, museum yang ramai dengan anak-anak. Sebuah pengelolaan yang cerdas.

Belajar dari Kota Sawahlunto yang tidak memiliki laut, tapi malah memiliki objek wisata waterboom, walaupun tidak terlalu besar, namun dari data yang saya dapatkan, sejak beroperasinya Waterboom tersebut, PAD Kota Sawahlunto meningkat dari tahun ke tahun. Setelah waterboom, Sawahlunto kembali ke fitrah topografinya, mengelola wisata tambang, dan juga terbukti mampu meningkatkan PAD kota secara signifikan. Kreatif !!!

Beberapa hari yang lalu Walikota Pariaman, baru saja melakukan mutasi aparatur di lingkungan Pemerintah Kota Pariaman, dari beberapa nama yang dilantik, saya memilliki sebuah harapan besar akan perubahan Kota Pariaman ke depan, baik secara signifikan ataupun bertahap. Tidak seperti biasanya, kali ini Walikota Pariaman memberikan kesempatan kepada generasi-generasi muda untuk menunjukan kiprahnya dalam memajukan Kota Pariaman. Saya selaku orang yang “pulang kampung” ke Pariaman merasa, ini momen yang tepat untuk menjadikan jarak yang sangat dekat ke Kota Padang menjadi nilai lebih yang bisa dimanfaatkan Kota Pariaman. Bersaing di bidang pendidikan dengan Kota Padang sudah jelas Kota Pariaman akan tertinggal, karena hampir semua Universitas bergengsi di Sumatera Barat ada di Kota Padang. Namun jika berbicara mengenai pariwisata, maka jarak yang dekat ini seharusnya bisa menjadi advantages bagi Kota Pariaman.

Pariaman bisa saja membuat sebuah waterpark yang berada di Pulau Angso Duo, sehingga masyarakat Sumatera Barat tidak perlu lagi ke Tanggerang hanya untuk menikmati seluncuran spiral yang membawa mereka ke kolam renang. Jika itu terwujud, maka hampir dapat dipastikan Kota Pariaman akan menjadi destinasi terbaru yang akan menempati urutan teratas dalam objek wisata keluarga di Sumatera Barat yang tentunya membawa peningkatan PAD yang luar biasa kepada Kota Pariaman. Dan Pariaman tidak lagi hanya dikenal dengan kelapa dan gulai ikannya saja.

Walikota Pariaman telah menunjukan itikad baiknya kepada generasi muda PNS di Kota Pariaman, semoga keputusan tersebut akan membawa Pariaman kepada kemajuan kota melalui pemikiran-pemikiran kreatif PNS generasi mudanya.  Wassalam.

Ditulis Oleh:
Tommy TRD

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »