![]() |
Wawako Emzalmi Zaini Menerima Kunjungan Ketua DPD KNPI Kota Padang beberapa waktu lalu di Balaikota Aia Pacah. |
Wawako benar. Dua potensi itu jika digabungkan akan membuat perubahan yang cepat di suatu negeri. Semangat pemuda tak dapat diragukan lagi. Namun semangat yang mengebu pada pemuda tersebut tidak akan berarti apa-apa, jika kebijaksanaan orang tua dalam menyikapinya tidak ada.
Perpaduan kekuatan antara orang tua dan pemuda sangatlah apik. Masing-masing memiliki peran dan fungsi yang saling kuat menguatkan. Pada orang tua terdapat hikmah dan kebijaksanaan, sedangkan pada diri pemuda terdapat semangat yang membaja dan membara.
Ungkapan Bung Karno tentang orang tua dan pemuda ini sangat terkenal dan sering dijadikan penghias kata dalam pidato-pidato politik di negeri ini. Bung Karno berkata, "Berikan aku seribu orang tua, niscaya akan aku cabut Semeru dari akarnya. Berikan aku sepuluh pemuda, niscaya akan ku goncangkan dunia."
Tidak diragukan lagi bahwa pemuda memiliki peran yang sangat peka dalam kehidupan masyarakat yang dihadapinya. Masyarakat yang kehilangan aktifitas pemudanya disebut masyarakat yang mati. Untuk itu, Islam sebagai agama yang dianut orang Minangkabau sangat menekankan peran pemuda, dan memfokuskan pada penggunaan usia muda yang sangat berharga di masa mudanya dalam kehidupan manusia.
Imam Ali karramallahu wajhah pernah berkata, "Laisal fataa man yaquulu 'haadzaa abii', walaakinnal fataa man yaquulu 'haa anaa dzaa'." Artinya, "Bukanlah seorang pemuda yang mengatakan 'Ini Bapakku', tetapi yang dikatakan pemuda adalah mereka yang mengatakan 'Inilah Aku'.
Dalam pepatah tersebut Imam Ali ra., melakukan penekanan pada kalimat 'Inilah Aku'. Dalam kontek Bahasa Arab, kalimat tersebut lazimnya berbunyi hadza anaa, tetapi beliau menyebutnya dengan secara tidak lazim, yaitu: ha anaa dza, sebagai bentuk penekanan bahwa memang begitulah seharusnya pemuda.
Maksud dari pepatah tersebut bukanlah supaya pemuda menjadi egois dan angkuh dengan membangga-bagakan diri sendiri tetapi supaya pemuda dapat mengeksplorasi dan mengekspresikan kemampuannya sehingga menghasilkan karya-karya yang bermanfaat bagi masyarakat banyak. Karena sekecil apapun karya yang dihasilkan tetap akan memberikan mamfaat bagi orang lain (paling tidak bagi dirinya sendiri). Dengan demikian, pemuda tersebut tidak lagi bergantung kepada orangtuanya, apalagi membangga-banggakan harta dan kekayaan orangtua mereka.
Selain itu, pemuda juga bukanlah mereka yang "menjadi besar" karena menyandang "nama besar" orangtua mereka di belakang namanya, tetapi mereka yang "menjadi besar" karena kemampuan yang dia miliki, baik itu di bidang politik, sosial, seni budaya maupun ekonomi. Jika "nama besar" orangtua ini dijadikan andalan malah bisa-bisa akan menurunkan citra "nama besar" orangtua tersebut jika tidak mampu menghasilkan karya terbaik yang dia miliki.
Dari pemaparan tersebut, jelas menjadi pemuda yang benar-benar "pemuda" bukanlah perkara gampang karena dituntut untuk selalu kreatif, tekun dan bekerjakeras sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, minimal bermanfaat bagi diri sendiri. Seorang pemuda memiliki semangat yang tinggi dalam memperjuangkan cita-citanya, tidak hanya untuk meraih kesuksesan pribadi, tetapi semangat pemuda mampu melakukan perubahan terhadap suatu negeri. Ini hanya dimiliki oleh pemuda yang kuat, yang mampu tegak dikakinya, dan tidak tergantung kepada fasilitas yang dimiliki orang tuanya.
Wallahul Muwafiq ila aqwamith Thariq. Semoga Allah menuntun kita ke jalan yang paling lurus.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya, SHI
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX/Wakil Ketua PK KNPI Kuranji
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »