Ketum DPP Bapera: Efek Perang Dagang Microchips Semi Conductor Langka, Kendaraan Listrik Indent

BENTENGSUMBAR.COM - Pemerintah Indonesia hari ini sedang gencar - gencarnya nya mempromosikan kendaraan bertenaga listrik seperti motor, mobil, sepeda semua menggunakan EV (Electronic Vehicle) dan sudah banyak bertebaran dijalanan kota kota Indonesia. 

Promosi kendaraan listrik tahap awal masih di dominasi oleh para pelaku usaha, Ucap Fahd El Fouz A. Rafiq melalui via Whatsapp dari kota Mekkah Arab Saudi pada (17/1).

Ketua Umum DPP Bapera mengatakan, seiring berjalannya waktu, realita berkata lain. Ada masalah di dunia saat ini. 

Pertama masalah chips dan Kedua adalah masalah baterai. Beberapa pertanyaan masih bergelimang di benak kita. 

Apakah anda dalam beberapa bulan ini sedang membeli mobil listik ? Jangan heran kalau jawabannya indent, karena tidak ready stok. Hal ini terjadi di seluruh dunia, ada apa ?

Kelangkaan tidak hanya terjadi pada mobil listrik tapi juga terjadi pada game konsol x box play station, laptop, computer, ponsel seri terbaru, peralatan medis. 

Kelangkaan dua alat canggih ini berefek pada naiknya harga. Dan semua hal tersebut terjadi karena terbatasnya Microchips semi Conductor, ungkap beliau. 

Efek langkanya Chips Semi Conductor 

Disisi lain Fahd melihat, dalam dunia Otomotif beberapa perusahaan besar seperti Toyota, Honda,  Nissan, Mitsubishi, Volkswagen, dan Ford memotong produksinya ditahun 2022. 

Toyota ditahun lalu dan tahun 2023 memangkas produksinya sebesar 20%, Honda memangkas 40%. Semua produsen otomotif memangkas produksinya. 

CEO VW menyatakan masalah chips bisa sampai akhir tahun 2023 bagi dunia otomotif. 

Efek kelangkaan chips membuat Ford motor merugi sebesar 3 Billion Dollar di tahun 2022, jadi keterbatasan chips permintaan menurun, namun sebaliknya karena permintaan naik dan dunia kekurangan produsen Microchip. 

Kita menengok kebelakang sejenak, efek pandemi Covid 19 membuat semua manusia berada dirumah dan memerlukan gadget. Industri gadgetlah yang menyedot 80% chips dunia. 

Dan ketika dunia berjalan seperti sekarang dalam kondisi normal. Industri otomotif yang paling kekurangan chips, karena ordernya sudah diambil industri gadget, pungkasnya

Mantan Ketum PP – AMPG ini menambahkan lagi, Canggihnya era digital informasi membuat Microchips Semi Conductor hanya diproduksi oleh 5 negara yaitu Taiwan, Tiongkok, Amerika, Jepang dan Korea Selatan. 

Kalau ditajamkan lagi Taiwan Penghasil 50% chips dunia, kalau Tiongkok kedepannya berhasil ambil Taiwan maka 70% Microchips semi conductor berada dibawah kendali Tiongkok. 

Setelah Tiongkok menguasai perdagangan dunia langkah selanjutnya menguasai teknologi yang mana teknologi tercanggih saat ini masih di pegang oleh Amerika.

Efek negative keterbatasan chip ini dengan bisnis otomotif, yang mana 3% global economi output adalah kontribusi industry otomotif, memang angka ini terlihat kecil namun beberapa negara bergantung pada industri otomotif. 

Negara Ceko itu tergantung pada dunia otomotif, karena GDP nya 9% di dapat dari dunia otomotif, Slovakia GDP bergantung 13% pada dunia otomotif karena ekspor mereka adalah part dari otomotif. 

India 7% GDP nasionalnya dari dunia otomotif mengcover 30 juta Tenaga Kerja. Memang ngeri industri ini.

Inilah mengapa Indonesia sebagai penghasil bahan baku chips seperti Copper/tembaga, aluminium dan mineral lainnya harus ambil peran, beri insentif untuk perusahaan pembuat microchip agar indonesia bagian penting dari dunia dalam kendali teknologi juga.

Dua benda era digital yang sangat penting yaitu Microchips Semi Conductor dan Batere adalah energi baru yang lebih praktis (New Oil). Indonesia memiliki bahan baku utama untuk komponen Batere dan Microchips. Langkah selanjutnya yang harus kita tempuh adalah Isi kepala (SDM) dan teknologi yang harus di dukung dengan regulasi, pendanaan dan Insentif Pajak. Jika kita konsisten jalani ini Maka otomatis kita akan lebih unggul dari negara Amerika, Tiongkok dan India. Mengapa lebih unggul karena kita punya bahan baku dan semua ada di Bumi Nusantara. 
Fahd El Fouz A Rafiq 
(Ketua Umum DPP BAPERA) 

Salah satu syarat sebuah negara ingin maju adalah dengan menguasai teknologi dan itulah pesan yang selalu di dengungkan mendiang BJ Habibie.

Mantan Ketum DPP KNPI ini memberikan contoh, Insentif itu berupa insentif bebas pajak, permodalan, perizinan demi membuat Indonesia menjadi produsen 20% chips dunia. 

Amerika memberikan Insentif tahun 2023 sejumlah 50 Billion Dollar, India memberikan 20 billion dollar untuk membangun lembaga research dan produsen microchips bagian dari National SemiConductor technology center. 

Juga untuk baterai, Tiongkok, Amerika dan India berebut memberikan Insentif negaranya kepada para pemain batere ini, baik manufaktur maupun mereka yang menciptakan komposisi baru dengan jumlah ketiganya jika ditotal di tahun 2023 Mereka memberikan 100 Billion Dollar untuk insentif industri batre, ulasnya 

Fahd menambahkan lagi, Kedua Industri itu sejak tahun 2019 hingga saat ini naik 407% kebutuhannya, dan dalam 5 tahun ke depan akan naik lagi 300% lagi dengan gadget 5G dan 6G dipasarkan plus mobil listrik. 

Beralih ke baterai, Nikel mau dijadikan baterai adalah pemahaman umum yang sampai saat ini di dengungkan di negara tercinta kita, namun apakah benar begitu? 

Pemakaian batre saat ini terbanyak ada unsur nikelnya, namun batre mobilnya berat dan mulai digeser ke komposisi lain. Nikel Lithium Cobalt selama ini digunakan menghadapi dua masalah.

Pertama harga nikel yang terus naik, kedua cobaltnya bermasalah karena membunuh 2000 anak usia 6 - 12 tahun per tahunnya di kongo untuk mengambil Cobalt di kedalaman 10 meter lobang kecil yang tak cukup oksigen. 

Makanya baterai Nikel Lithium Cobalt dikatakan baterai berdarah. Aktivis lingkungan tidak mendukung mobil EV energi terbarukan tersebut yang berbasis Cobalt sebagai solusi lingkungan, karena menyimpang dari nilai nilai kemanusiaan. 

Berikutnya tidak ada hubungannya dengan lingkungan namun terhadap profit, pebisnis harus taat pada profit, biaya tinggi tidak akan disukai. 

Mereka mengganti nikel karena harga nikel yang terus naik merupakan ancaman bagi biaya produksi. 

Maka dibuat baru yang awalnya menggunakan Nikel Lithium Cobalt menjadi Ferro Lithium Phospate, dimana Ferro dan Phospat adalah unsur yang murah dan banyak tersedia dimanapun. Sehingga tak perlu nikel. 

Namun baru sebentar, Tesla mulai merubah lagi Game Changingnya, ganti pakai Manganese, lebih murah, lebih banyak dan ringan. 

Lalu dihalmahera bagaimana tambang nikelnya, menurut info yang beredar tesla akan buat pabrik di jawa tengah, karena nikel gak terpakai lagi kedepannya. 

Jadi bahan pembuat batre ada tiga dari yang termahal Nikel lanjut ke Ferro Lithium Phospate terus ke Manganese. 

Efek Lingkungan 

Jika benar Game Changing di industry Batere berubah maka Halmahera yang sudah ke sedot 500 triliun ditinggalkan begitu saja dan jadi daerah tandus dong nantinya.

Memang 150 juta manusia di jawa yang pernah tau Halmahera paling hanya 10 ribuan orang, yang lain tidak tau dan masa bodoh.  Mereka tidak tau ada cerita, derita atau bahagia apa disana.

Berita dipusat pun datang dari anak buah penjualan senilai 350 triliun dari halmahera sebagai sebuah kisah sukses. Padahal rakyat setempat bertanya. 

Mana uangnya buat rakyat Halmahera? Bagi rakyat setempat sama saja ada tidaknya tambang nikel disana, mendingan ngak ada tambang nikel. Ngak ada aset yang hilang.

Apa yang bisa disimpulkan dari dua buah alat tadi mengirimkan sinyal kuat kepada kita dunia dalam masa transisi dan beralih ke energi baru, kita harus siap menghadapi era baru.

Pertarungan untuk merebut new oil sedang berlangsung dalam bentuk perang yang sesungguhnya, negara mana yang menang perang maka dialah yang akan mengendalikan dunia, tutup Ketua Bidang Ormas DPP Partai Golkar. (*)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »