![]() |
Jenifer Manggiling Lado. |
FESTIVAL Siti Nurbaya (FSN) tahun 2016 ini benar-benar dibikin semeriah mungkin. Peserta festival tak hanya melibatkan warga Kota Padang, namun juga mengajak partisipasi turis asing pada beberapa kegiatan festival.
Wisatawan asing yang berkunjung ke Kota Padang saat festival ini digelar dengan senang hati dan riang mengikuti serta menyaksikan perlombaan demi perlombaan yang digelar. Jenifer, turis asal AS mengaku senang dapat ambil bagian dalam festival itu.
Jenifer ambil bagian pada lomba manggiliang lado atau menggiling cabai dalam Festival Siti Nurbaya (FSN) yang dilaksanakan Kamis, 8 September 2016. Meskipun ia mengaku gugup karena takut gagal ketika mengikuti lomba tersebut namun dirinya dan teman timnya mampu menyelesaikan perlombaan tersebut dengan urutan pertama pada kelompok kedua, yaitu kelompok ibu-ibu.
Jenifer mengaku diajak oleh komunitas pencinta kucing Padang (Padang Cat Lovers) untuk mengikuti perlombaan tersebut. Dalam perlombaan tersebut dirinya menggunakan tutup kepala khas ibu-ibu Minang serta duduk Jenifer pun bersimpuh yang merupakan duduk yang dianggap sebagai duduk beradat untuk perempuan di daerah tersebut.
Jenifer merasa senang ikut lomba manggiliang lado karena dirinya suka kebudayaan yang dimiliki oleh Minangkabau. Labo (cabai, red) adalah salah satu komponen penting dalam masakan Minangkabau. Bagi orang Minangkabau, menu masakan tanpa ada cabainya tidak akan enak dimakan. "Kok indak balado ndak taraso makan dek awak," itulah ciloteh urang Minangkabau ketika makan masakan tanpa ada cabainya.
Orang Minang melakukan proses penggilingan lado secara tradisional dengan menggunakan ulekan batu berbentuk pipih. Manggiling lado dengan cara tradisional diyakini oleh orang Minang akan menghasilkan cita rasa tinggi ketimbang digiling dengan cara modern melalui mesin penggiling cabai. Proses penggilingan cabai ini didominasi oleh kaum wanita di Minangkabau.
Cita rasa yang utama di temui pada masakan khas Minang adalah gurih dan pedas. Rasa gurih dan pedas tersebut diperoleh dari santan dan lado merah yang memang banyak di konsumsi orang Minang. Bumbu dalam masakan Minang memegang peranan penting dalam setiap masakan.
Rasa gurih dan pedas ini yang berasal dari santan dan cabai, dapat dicampur dengan bahan baku apa saja. Semisal, bahan baku hewani, yaitu; daging sapi, ayam atau bebek, ikan laut, ikan tambak, termasuk telur ayam. Sementara sayurannya lebih banyak menggunakan kacang panjang, daun singkong, pakis, nangka, buncis, serta petai dan jengkol.
Lado mengandung khasiat sebagai multivitamin yang dapat menghangatkan tubuh dan mengandung anti oksidan. Yang dapat menangkal radikal bebas yang berasal dari lemak-lemak bahan baku makanan ataupun santan yang berpotensi mengandung lemak jenuh.
Sedangkan santan membuat makan olahan apapun juga menjadi gurih-legit. Sangat diyakini pengolahan makanan dengan menggunakan santan akan menghasilkan cita rasa yang luar biasa, seperti bangsa-bangsa Eropa yang menggunakan susu sebagai pencipta rasa gurih masakan.
Lomba manggiliang lado itu sendiri diikuti oleh dua kelompok yaitu, kelompok tingkat SMA dan ibu-ibu. Untuk kelompok tingkat SMA diikuti oleh sembilan orang peserta sedangkan ibu-ibu diikuti oleh delapan orang peserta yang terdiri dari peserta dan pendamping guna membantu untuk membuka kulit bawang dan mengiris tomat.
Lado yang siap digiling tersebut diperuntukkan untuk memasak gulai jadi bukan untuk untuk sambal sehingga cabai tersebut harus hancur. Untuk menggiling cabai, peserta disediakan waktu 15 menit dan dalam waktu tersebut peserta harus menyelesaikan menggiling cabai sampai pada tangan peserta bersih dari cabai.
Pemkot Padang menjadikan kegiatan tahunan Festival Siti Nurbaya untuk memprioritaskan potensi yang dimiliki komunitas pemuda di daerah tersebut. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, Medi Iswandi, mulai dari komunitas pemuda, anak sekolah hingga mahasiswa juga dilibatkan pada kegiatan yang dipusatkan di Pantai Muaro Lasak tersebut.
Pada festival tersebut diisi oleh beberapa kegiatan lomba seperti maelo pukek atau menarik jaring ikan, mambuek teh talua atau membuat teh telur, lomba manggiling lado atau menggiling cabai dan lomba malamang atau membuat lamang.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang.
Wisatawan asing yang berkunjung ke Kota Padang saat festival ini digelar dengan senang hati dan riang mengikuti serta menyaksikan perlombaan demi perlombaan yang digelar. Jenifer, turis asal AS mengaku senang dapat ambil bagian dalam festival itu.
Jenifer ambil bagian pada lomba manggiliang lado atau menggiling cabai dalam Festival Siti Nurbaya (FSN) yang dilaksanakan Kamis, 8 September 2016. Meskipun ia mengaku gugup karena takut gagal ketika mengikuti lomba tersebut namun dirinya dan teman timnya mampu menyelesaikan perlombaan tersebut dengan urutan pertama pada kelompok kedua, yaitu kelompok ibu-ibu.
Jenifer mengaku diajak oleh komunitas pencinta kucing Padang (Padang Cat Lovers) untuk mengikuti perlombaan tersebut. Dalam perlombaan tersebut dirinya menggunakan tutup kepala khas ibu-ibu Minang serta duduk Jenifer pun bersimpuh yang merupakan duduk yang dianggap sebagai duduk beradat untuk perempuan di daerah tersebut.
Jenifer merasa senang ikut lomba manggiliang lado karena dirinya suka kebudayaan yang dimiliki oleh Minangkabau. Labo (cabai, red) adalah salah satu komponen penting dalam masakan Minangkabau. Bagi orang Minangkabau, menu masakan tanpa ada cabainya tidak akan enak dimakan. "Kok indak balado ndak taraso makan dek awak," itulah ciloteh urang Minangkabau ketika makan masakan tanpa ada cabainya.
Orang Minang melakukan proses penggilingan lado secara tradisional dengan menggunakan ulekan batu berbentuk pipih. Manggiling lado dengan cara tradisional diyakini oleh orang Minang akan menghasilkan cita rasa tinggi ketimbang digiling dengan cara modern melalui mesin penggiling cabai. Proses penggilingan cabai ini didominasi oleh kaum wanita di Minangkabau.
Cita rasa yang utama di temui pada masakan khas Minang adalah gurih dan pedas. Rasa gurih dan pedas tersebut diperoleh dari santan dan lado merah yang memang banyak di konsumsi orang Minang. Bumbu dalam masakan Minang memegang peranan penting dalam setiap masakan.
Rasa gurih dan pedas ini yang berasal dari santan dan cabai, dapat dicampur dengan bahan baku apa saja. Semisal, bahan baku hewani, yaitu; daging sapi, ayam atau bebek, ikan laut, ikan tambak, termasuk telur ayam. Sementara sayurannya lebih banyak menggunakan kacang panjang, daun singkong, pakis, nangka, buncis, serta petai dan jengkol.
Lado mengandung khasiat sebagai multivitamin yang dapat menghangatkan tubuh dan mengandung anti oksidan. Yang dapat menangkal radikal bebas yang berasal dari lemak-lemak bahan baku makanan ataupun santan yang berpotensi mengandung lemak jenuh.
Sedangkan santan membuat makan olahan apapun juga menjadi gurih-legit. Sangat diyakini pengolahan makanan dengan menggunakan santan akan menghasilkan cita rasa yang luar biasa, seperti bangsa-bangsa Eropa yang menggunakan susu sebagai pencipta rasa gurih masakan.
Lomba manggiliang lado itu sendiri diikuti oleh dua kelompok yaitu, kelompok tingkat SMA dan ibu-ibu. Untuk kelompok tingkat SMA diikuti oleh sembilan orang peserta sedangkan ibu-ibu diikuti oleh delapan orang peserta yang terdiri dari peserta dan pendamping guna membantu untuk membuka kulit bawang dan mengiris tomat.
Lado yang siap digiling tersebut diperuntukkan untuk memasak gulai jadi bukan untuk untuk sambal sehingga cabai tersebut harus hancur. Untuk menggiling cabai, peserta disediakan waktu 15 menit dan dalam waktu tersebut peserta harus menyelesaikan menggiling cabai sampai pada tangan peserta bersih dari cabai.
Pemkot Padang menjadikan kegiatan tahunan Festival Siti Nurbaya untuk memprioritaskan potensi yang dimiliki komunitas pemuda di daerah tersebut. Menurut Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Padang, Medi Iswandi, mulai dari komunitas pemuda, anak sekolah hingga mahasiswa juga dilibatkan pada kegiatan yang dipusatkan di Pantai Muaro Lasak tersebut.
Pada festival tersebut diisi oleh beberapa kegiatan lomba seperti maelo pukek atau menarik jaring ikan, mambuek teh talua atau membuat teh telur, lomba manggiling lado atau menggiling cabai dan lomba malamang atau membuat lamang.
Ditulis Oleh:
Zamri Yahya
Wakil Ketua Forum Komunikasi Anak Nagari (FKAN) Pauh IX Kota Padang.
Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »
Next Post »