Inilah Komentar Ketua MUI Sumatera Barat Terkait Prom Night Siswa SMAN 3 Padang

Inilah Komentar Ketua MUI Sumatera Barat Terkait Prom Night Siswa SMAN 3 Padang
Buya Gusrizal Gazahar. 
BENTENGSUMBAR.COM - Ketua Majelis Ulama Sumatera Barat Buya Gusrizal Gazahar menegaskan, acara malam perpisahan dan keakraban yang dilaksanakan siswa-siswi SMA Negeri 3 Padang bertolak belakang dengan nilai-nilai Islami. Ia menyayangkan begitu mudahnya siswa melaksanakan acara semacam itu di hotel mewah.

"Data yang baru diinformasikan dan didapat MUI baru data media. MUI belum melakukan croschek terkiat dengan persoalan itu. Gurunya yang sekarang bicara, kalau itu murni tindakan anak-anak. Kalau memang seperti yang diberitakan media itu, mana ada mandi bareng, tetapi mereka membantah hanya menolong segala macam, tetapi terlepas dari itu semua, kegiatan-kegiatan seperti itu, sebenarnya bertolak belakang dari nilai-nilai pakain Islami, nilai-nilai dan semangat untuk hafizh al Quran dan berbagai macam, itu tidak nyambung," ungkapnya ketika dihubungi media ini, Senin, 25 April 2016.

Ia mengatakan, mestinya, ketika ada program-program yang mendorong anak-anak ini dekat dengan al Quranul Karim, dekat dengan penampilan yang Islami, yaitu jilbab, tentu program itu berharap ada auputnya. Auputnya adalah anak-anak yang ada sensitifitas. Bahwa mereka hendaknya sensitif sekali kalau ada hal-hal yang berbau-bau kemaksiatan, mestinya mereka menghindar.

"Nah ini yang tidak terlihat. Yang kami maksud bukan program ini tidak benar, bukan itu. Tetapi yang kami maksud, ada tidak disisi lain pengaruh yang lebih besar yang mempengaruhi anak dibandingkan pengaruh program-program di sekolah dan yang dicanangkan pemerintah. Ini yang kita cari tahu, apa yang sebenarnya? Nah, mungkin kita mengatakan salah satunya, ya media juga, media visual yang menayangkan berbagai macam tontonan-tontonan yang menurut kami banyak yang tidak mendidik, mungkin itu salah satu faktor, atau mungkin memang tidak ada kontrol dari orang tua," ujarnya.

Buya Gusrizal Gazahar mengaku mendapat informasi kalau acara tersebut juga dihadiri oleh beberapa orang wali murid. Semestinya orang tua mencegah anak-anak mereka mengikuti acara semacam itu, apatah lagi jika bertentangan dengan nilai-nilai Islam. Sebab, pemerintah telah mencanangkan program-program yang bagus, program yang baik, program yang mendorong untuk hafizh al Quran, mendorong mereka bisa bermoral, mendorong mereka untuk bisa berpenampilan Islami.

"Malah ada informasi yang didapat, bahwa acara itu juga dihadiri oleh beberapa orang tua siswa. Nah, apakah orang tua senang melihat kegiatan-kegiatan seperti itu? Saya melihat ada suatu mata rantai yang terputus dari harapan kita. Ada program-program yang bagus, yang baik, mendorong mereka untuk bisa hafizh, mendorong mereka bisa bermoral, mendorong mereka untuk bisa berpenampilan Islami, tetapi autput yang diharapkan belum lagi terwujud," jelasnya.

Menurut Buya Gusrizal Gazahar, pasti ada sesuatu yang keliru dalam hal ini, di luar program tersebut. Kuncinya, tegas Buya, MUI ingin melihat program ini, bukan hanya program pendidikan di sekolah. Bukan hanya program pemerintah, bukan hanya soal pengawasan dan dakwah para ulama.

"Ini saya rasa sangat kompleks dari berbagai persoalan. Nah, yang sangat disayangkan sekali adalah kontrol orang tua yang lemah. Tentu tidak mungkin sekolah mengontrol 24 jam, tidak mungkin ulama mengontrol umat atau mengingatkan 24 jam. Nah itu yang pertama catatan kita," cakap ulama muda tamatan Universitas Al Azhar dan sekarang tercatat sebagai dosen Ushul Fiqh Fakultas Syariah IAIN Imam Bonjol ini.

Tak hanya itu, urai Buya Gusrizal Gazahar, catatan penting yang perlu jadi perhatian, beberapa tempat di Sumatera Barat, termasuk di Kota Padang, malah berjamuran kafe-kafe. Akibatnya, anak-anak muda mudah mendapatkan akses ke tempat tersebut dan aktifitas mereka di tempat semacam itu tidak bisa terkontrol dengan baik.

"Ini jadi catatan penting, bahwa berbagai tempat di Sumatera Barat, di hotel, malah saya melihat kafe-kafe di Padang berjamuran. Apakah hal-hal seperti itu dilakukan anak-anak muda yang demikian? Apakah begitu mudahnya mereka mendapatkan fasilitas. Ini yang perlu juga kita awasi. Jadi, jangan sampai nanti anak-anak sekolah, ketika mereka di jalanan kita awasi, jangan sampai mereka melakukan kegiatan yang salah. Ini sebentar lagi mereka mau tamat. Biasanya pesta pora setelah kelulusan segala macam, itu kan besar-besaran. Ketika kita mengontrol mereka di tempat publik, tempat umum, tetapi ternyata mereka di hotel dan beberapa tempat seperi itu, kita tidak bisa mengontrol mereka," ulas Buya.

Untuk itu, kata Buya Gusrizal Gazahar, dengan adanya ide untuk menjadikan Sumatera Barat sebagai destinasi wisata alam, dimana ada fasilitas perhotelan segala macam, harus didorong agar sesuai dengan ketentuan syariat. Tujuannya untuk meminimalisir kegiatan-kegiatan yang mengarah ke pelanggaran norma agama.

"Nah ini juga perlu menjadi fikiran. Saya rasa dengan adanya ide untuk menjadikan Sumatera Barat sebagai destinasi wisata alam, dimana fasilitas perhotelan segala macam harus kita dorong agar sesuai dengan ketentuan syariat, saya rasa ini juga bisa meminimalisir hal-hal seperti itu," tegasnya.

Ia menegaskan, program-program keagamaan yang selama ini dicanangkan oleh pemda harus ditingkatkan. Tetapi masyarakat juga harus waspada untuk mengantisipasi hal-hal yang bersifat merusak, sehingga program-program keagamaan itu efektif membentuk kepribadian yang diharapkan dari anak

"Yang jelas, program-program keagamaan yang selama ini dicanangkan oleh pemda, kita memang menghimbau agar terus ditingkatkan betul, tetapi kita juga waspada untuk mengantisipasi, apa hal-hal yang merusak, sehingga program-program keagamaan itu tidak efektif membentuk kepribadian yang kita harapkan dari anak," jelasnya. (by)

Silakan baca konten menarik lainnya dari BentengSumbar.com di Google News
BERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
BERITA BERIKUTNYA
Next Post »